![]() |
sumber: sosiologi79 |
A. BIOGRAFI LEWIS A. COSER
Pemilik
nama lengkap Lewis Alfred Coser lahir di Berlin, Jerman pada tanggal 27 November 1913. Ia lahir dalam keluarga
borjuis Yahudi dari orang tua Margarete dan Marti Coser. Pada masa remajanya ia
sudah bergabung dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan murid yang luar
biasa dan tidak rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously sendiri[1].
Ketika
Hitler berkuasa di Jerman, Coser melarikan diri ke Paris. Ia bekerja serabutan
untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Ia menjadi aktif dalam gerakan
sosialis, bergabung dengan beberapa kelompok-kelompok radikal, termasuk
organisasi Trotskyis yang disebut "The Spark”[2]. Pada
tahun 1936 dia terdaftar di Sorbonne sebagai mahasiswa sastra komparatif, lalu
fokus untuk belajar sosiologi. Ia akhirnya mampu mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik, menjadi seorang ahli statistik untuk perusahaan broker Amerika.
Pada
tahun 1942 Coser menikah dengan Rose Laub dan dikaruniai dua orang anak, Ellen
dan Steven. Tahun 1948, setelah menyelesaikan pasca-sarjana di Columbia
University, Coser menerima posisi sebagai tenaga pengajar ilmu sosial di
Universitas Chicago. Ia juga menjadi warga negara AS naturalisasi. Coser
kembali ke Universitas Columbia untuk melanjutkan studinya dan menerima gelar
doktor pada tahun 1954. Ia diminta oleh Brandeis University di Waltham,
Massachusetts AS sebagai seorang dosen dan kemudian sebagai profesor sosiologi.
Dia tetap menjadi mendapat gelar Guru Besar di Brandeis, dan dianggap sebagai surga bagi kaum liberal sampai tahun 1968. Buku Coser tentang Fungsi Konflik Sosial adalah hasil dari disertasi doktoralnya. Karya-karya lainnya antara lain adalah; Partai Komunis Amerika: A Critical History (1957), Men of Ideas (1965), Continues in the Study of Sosial Conflict (1967), Master of Sosiological Thought (1971) dan beberapa buku lainnya di samping sebagai editor maupun distributor publikasi. Coser meninggal pada tanggal 8 Juli 2003, di Cambridge, Massachusetts dalam usia 89 tahun.
B.
ESENSI
PEMIKIRAN LEWIS COSER
Teori
konflik sosial merupakan salah satu teori yang populer pada tahun 1950-an di
Amerika. Secara umum, teori konflik merupakan sekumpulan teori yang menjelaskan
tentang peranan konflik baik secara negative maupun positif dalam kehidupan
sosial masyarakat. Teori konflik melihat terjadinya ketidakserasian dalam
masyarakat. Tokoh teori konflik antara lain Karl Marx, Ralf Dahrendorf, Lewis
A. Coser, Max Weber, George Simmel.
The Function Of Social Conflict
adalah karya Lewis Coser yang paling terkenal terbitan tahun 1956. Dalam buku
tersebut, Lewis Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari konflik.
Coser berpendapat bahwa konflik sosial merupakan upaya memperjuangkan pengakuan
dan nilai yang sifatnya langka.[3]
Dalam
pandangan teori konflik Coser, masyarakat berada dalam kondisi yang damai,
tentram, aman, bersatu tanpa adanya konflik satu pun. Salah satu hal yang
membedakan pandangan Lewis Coser dengan para tokoh lainnya adalah Lewis Coser
menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok, dan
dampak positif konflik yang berpotensi menguntungkan. Bahkan Lewis Coser
mengkritik dan menolak pandangan sosiolog Amerika Serikat yang memiliki
persepsi buruk terhadap fungsi dan konsep konflik sosial.
Coser
juga memberikan tawaran melalui pokok teori konflik, yaitu Katup penyelamat (savety valve). Katup penyelamat ini
menjadi salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan
kelompok dari kemungkinan konflik sosial[4].
Katup penyelamat mengatur apabila terjadi konflik tidak merusak semua struktur
yang ada. Katup penyelamat membantu memperbaiki keadaan suatu kelompok yang
mengalami konflik. Dengan demikian institusi katup penyelamat memungkinkan
pengungkapan rasa tidak puas terhadap struktur.
Coser
memandang konflik sebagai sebuah perjuangan atas nilai-nilai dalam menuntut
status kekuasaan serta sumber-sumber yang menetralisir misi musuh atau lawan
dalam melukai kompetitornya[5]. Analisa
Coser tentang fungsi dari konflik sosial dipandang sebagai solusi terhadap
perspektif-perspektif teori konflik yang sifatnya radikal yang diusung dalam
pandangan Marxis.
Teori
konflik yang digagas oleh Coser bersifat naturalis dan menjadi teori yang
modern. Coser lebih fokus pada fungsi yang berpengaruh positif dari pada
disfungsional konflik. Coser berpendapat bahwa tidak selamanya konflik
berkonotasi negatif, sebaliknya konflik sosial dapat menjadikan penguat
kelompok sosial tertutup[6].
Dalam masyarakat tertentu secara internal bisa menampakkan kecenderungan
disintegrasi, namun konflik dengan masyarakat lain dapat memulihkan integrasi
internal tersebut. Konflik dengan sebuah kelompok mungkin membantu menghasilkan
keserasian karena ada serangkaian pertikaian dengan kelompok-kelompok lain.
Coser
membagi konflik menjadi dua tipe, yakni konflik realistik dan konflik
nonrealistik[7].
Konflik realistik bersifat material atau memiliki sumber yang konkret.
Misalnya, perebutan wilayah atau sumber ekonomi. Jika salah satu dari mereka
memperoleh sumber rebutan itu, dan memperolehnya tanpa adanya perkelahian maka
konflik tersebut segera terselesaikan. Sedangkan konflik nonrealistik cenderung
bersifat ideologis dan di dorong oleh keinginan yang tidak rasional. Misalnya,
konflik antar-etnis, antar-agama, antar-kepercayaan atau yang lainnya. Konflik
non-realistik menjadi salah satu cara untuk menurunkan sebuah ketegangan atau
mempertegas identitas satu kelompok[8]. Konflik
non-realistik ini cenderung sulit untuk menemukan resolusi.
Kesimpulan dari teori konflik menurut Lewis A. Coser bahwa Coser melihat konflik dari segi positif. Bagi Coser konflik tidak selamanya berkonotasi negatif, sebaliknya konflik sosial dapat menjadikan penguat kelompok sosial. Selain itu, untuk mendukung perspektifnya Coser memberi tawaran berupa katup penyelamat bila terjadi konflik. Katup penyelamat mengatur dan membantu bila terjadi konflik agar tidak merusak seluruh struktur yang ada.
C.
IMPLEMENTASI
KONFLIK MENURUT COSER
Konflik
merupakan suatu gejala dalam kehidupan manusia yang tidak dapat di hindari.
Namun konflik bukan suatu hal yang tidak dapat diselesaikan. Dengan adanya
konflik masing-masing individu atau kelompok dapat berjuang membangun kerja
sama untuk mempertahankan kesatuan dan integritas sebagai anggota yang paling
istimewa di antara yang lain[9].
Selain
itu, konflik juga dapat merubah cara pandang seseorang yang sebelumnya pesimis
menjadi lebih optimis untuk bersatu dengan kelompok yang lain sehingga konflik
tersebut dapat memberi keuntungan bagi sistem yang bersangkutan. Perubahan
sosial yang diakibatkan oleh konflik menjadi fungsi positif terhadap masyarakat[10].
Adapun
contoh fungsi konflik menurut Coser contohnya pada pendukung sepakbola. Dalam
kasus rivalitas supporter, konflik menjadi motivasi untuk meningkatkan persatuan
antar supporter dalam mendukung klub sepakbola jagoannya. Konflik membuat masing-masing
anggota supporter menjadi sadar akan perannya, sehingga meningkatkan keaktifan
mereka. Hal inilah yang menurut Coser, konflik sebagai sistem sosial berperan
untuk menyatukan dan mempertegas identitas supporter. Konflik ini meningkatkan hubungan
kelompok sehingga menjadi eksis dan kompak.
Konflik
yang terjadi antara rival supporter sepakbola juga membuat kedua kelompok
membentuk posisi ketua, koordinator lapangan, dan divisi lain pada saat
pertandingan berlangsung. Coser juga mengatakan kelompok memelihara konflik dan
katup penyelamat. Katup penyelamat digunakan untuk mencegah konflik menjadi
besar yang dapat merusak struktur secara keseluruhan.
Bila sudah
terjadi konflik, katup penyelamat dapat menghambat pertikaian atau permusuhan, mengurangi
tekanan dalam menyempurnakan sistem untuk memenuhi kondisi-kondisi yang sedang
berubah maupun membendung ketegangan dalam diri individu. Dari contoh inilah
sisi positif konflik diperlihatkan. Karena bagi Coser konflik tidak hanya
berdampak negative tapi juga berdampak positif.
[1] Khusniati Rofiah. 2016. Dinamika Relasi Muhammadiyah dan NU Dalam Perspektif Teori Konflik Fungsional Lewis A. Coser. KALAM. Volume 10, No. 2, Desember 2016, halaman 469 – 490
[2] Saud. Muhammad Yamin dkk. 2020.
Teori-teori Sosial dan Kearifan Budaya Lokal Dalam Perspektif Perencanaan.
Cetakan Pertama. Repository unhas.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/10100/2/TTSdKBLdPP.pdf
[3] Ali Mursyid Azisi. 2021. Studi
Komparatif Teori Konflik Johan Galtung dan Lewis A. Coser. Jurnal Yaqzhan, Vol.
07 No. 02, Desember 2021
[4] Limas Dodi. 2017. Sentiment Ideology: Membaca Pemikiran Lewis A. Coser Dalam Teori Fungsional Tentang Konflik (Konsekuensi Logis Dari Sebuah Interaksi Di Antara Pihak Jamaah Ldiidengan Masyarakat Sekitar Gading Mangu-Perak-Jombang). Jurnal Al-‘Adl. Vol. 10 No. 1
[5] Dede Nova Andriyana. 2020.
Konflik Sosial dalam Novel Tan Karya Hendri Teja Melalui Teori Konflik Lewis A.
Coser. Piktorial: Jurnal Of Humanity, 110.
[6] Zainuddin Maliki. 2002. Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya: LPAM. Hal. 210.
[7] Limas Dodi,
2017. Sentiment Ideology: Reading Lewis Thinking A. Coser in Functional Theory
About The Conflict”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 10, No. 1 (Januari, 2017). hal. 107
[8] Dewi Wulansari. 2009. Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama. Halm 185.
[9]
Anton Van Harskamp. 2005.
Konflik-konflik dalam Ilmu Sosial, Terj. Bern Hidayat. Yogyakarta: Kanisius.
Halm. 5.
[10] Nur Azizah. 2020. Pemikiran Kh.
Zubair Muntashor Dan Kh. Shinwan Adra’ie Dalam Merespon Isu Bidah Di Bangkalan
Madura (Analisis Teori Konflik Sosial Lewis Alfred Coser). Skripsi. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
👍👍
ReplyDelete