Friday, December 11, 2015

Hakikat Pembelajaran Afektif

Domain Afektif


1.             Hakikat Pembelajaran Afektif
Menurut Benjamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2009: 22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawabanatau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang/tingkatan, yaitu:
a.              Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
b.             Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
c.              Valuing (menilai atau menghargai)
d.             Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
e.              Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau komplek nilai)

2.             Tingkatan Ranah Afektif
a)             Tingkat receiving
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.

b)             Tingkat responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

c)             Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

d)            Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.

e)             Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

3.             Karakteristik Ranah Afektif
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.             Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik,  dan sebagainya (Sudrajat, 2008).
Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran biologi misalnya.
a)             Membaca buku biologi
b)            Mempelajari biologi
c)             Melakukan interaksi dengan guru biologi
d)            Mengerjakan tugas biologi
e)             Melakukan diskusi tentang biologi
f)             Memiliki buku biologi
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
a)             Saya senang membaca buku biologi
b)            Tidak semua orang harus belajar biologi
c)             Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran biologi
d)            Saya tidak senang pada tugas pelajaran biologi
e)             Saya berusaha mengerjakan soal-soal biologi sebaik-baiknya
f)             Memiliki buku biologi penting untuk semua peserta didik

2.             Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi (Sudrajat, 2008). Penilaian minat dapat digunakan untuk:
a)             mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
b)            mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
c)             pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
d)            menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
e)             mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
f)             acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
g)            mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
h)            bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
i)              meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Contoh indikator minat terhadap pelajaran sosiologi:
a)             Memiliki catatan pelajaran sosiologi
b)            Berusaha memahami sosiologi
c)             Memiliki buku sosiologi
d)            Mengikuti pelajaran sosiologi

Contoh pernyataan untuk kuesioner:
a)             Catatan pelajaran sosiologi saya lengkap
b)            Catatan pelajaran sosiologi saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
c)             Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran sosiologi
d)            Saya berusaha memahami mata pelajaran sosiologi
e)             Saya senang mengerjakan soal sosiologi
f)             Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran sosiologi

3.             Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut: Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik, peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai, pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya, emberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik, peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik, peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya, melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik, peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
Contoh indikator konsep diri:
a)             Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
b)            Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran
c)             Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit
d)            Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik
Contoh pernyataan untuk instrumen:
a)             Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
b)            Saya mudah memahami bahasa Inggris
c)             Saya mudah menghafal suatu konsep.
d)            Saya mampu membuat karangan yang baik
e)             Saya merasa sulit mengikuti pelajaran biologi
f)             Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
g)            Saya mampu membuat karya seni yang baik
h)            Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran biologi.

4.             Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:
a)             Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.
b)            Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
c)             Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi.
d)            Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
e)             Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
f)             Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah atas usahanya.
5.             Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak (Sudrajat, 2008).
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang (Sudrajat, 2008).
Contoh Instrumen Moral
a)             Memegang janji
b)            Memiliki kepedulian terhadap orang lain
c)             Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas
d)            Memiliki Kejujuran
Contoh pernyataan untuk instrumen moral
a)             Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
b)            Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
c)             Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
d)            Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain.
e)             Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu.
f)             Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
g)            Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
h)            Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya.
i)              Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar.
j)              Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.

4.             Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif
Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat diamati/terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.
a)             A1 – Menerima
Contoh kata kerja operasional:
(1)           Memilih
(2)           Mempertanyakan
(3)           Mengikuti
(4)           Memberi
(5)           Mematuhi
(6)           Meminati
(7)           Menganut

b)             A2 – menanggapi
Contoh kata kerja operasional:
(1)           Menjawab
(2)           Membantu
(3)           Mengajukan
(4)           Mengkompromikan
(5)           Menyenangi
(6)           Menyambut
(7)           Mendukung
(8)           Menyetujui
(9)           Menampilkan
(10)        Melaporkan
(11)        Memilih
(12)        Memilah
(13)        Mengatakan
(14)        Menolak
c)             A3 – menilai
Contoh kata kerja operasional:
(1)           Mengasumsikan
(2)           Meyakini
(3)           Melengkapi
(4)           Meyakinkan
(5)           Memperjelas
(6)           Memprakarsai
(7)           Mengimani
(8)           Mengundang
(9)           Menggabungkan
(10)        Memperjelas
(11)        Mengusulkan
(12)        Menyumbang
d)            A4 – mengelola
Contoh kata kerja operasional:
(1)           Menganut
(2)           Mengubah
(3)           Menata
(4)           Mengklasifikasikan
(5)           Mengkombinasikan
(6)           Mempertahankan
(7)           Membangun
(8)           Memadukan
(9)           Mengelola
(10)        Menegosiasikan
(11)        Merembukkan
e)             A5– menghayati
Contoh kata kerja operasional:
(1)           Mengubah perilaku
(2)           Berakhlak mulia
(3)           Mempengaruhi
(4)           Mendengarkan
(5)           Mengkualifikasi
(6)           Melayani
(7)           Menunjukkan
(8)           Membuktikan
(9)           Memecahkan

5.             Skala Penilaian Ranah Afektif
Pelaksanaan penilaian domain afektif memerlukan instrumen penilaian. Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Depdiknas (2008:7) dalam membuat instrumen penilaian domain afektif harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)             Menentukan spesifikasi instrumen
b)             Menulis instrumen Menentukan skala instrumen
c)             Menentukan pedoman penskoran
d)            Menelaah instrumen
e)             Merakit instrumen
f)              Melakukan ujicoba
g)             Menganalisis hasil ujicoba
h)             Memperbaiki instrumen
i)               Melaksanakan pengukuran
j)               Menafsirkan hasil pengukuran

A.           Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah
No
PERNYATAAN
7
6
5
4
3
2
1
1.
Saya senang belajar Sejarah







2.
Pelajaran sejarah bermanfaat







3.
Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran sejarah







4.
Saya berusaha memiliki buku pelajaran Sejarah







5.
Pelajaran sejarah membosankan








Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 4 dan terendah 1.
 Konversi nilai : skor total jawaban benar siswa
                          skor maksimum perangkat tes
Skor maksimum perangkat tes = 7 (skor maks. Setiap indikator ) x 5 ( indikator) = 35
 Konversi nilai : 28  x 100 = 80
                           35

Sikap dan Nilai
Nama Siswa
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.      Memperhatikan penjelasan guru.
2.      Memperhatikan media pembelajaran.
3.      Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
4.      Memperhatikan fenomena yang terjadi dalam praktikum.
5.      Mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh.
6.      Serius dalam mengikuti pembelajaran.
7.      Kerjasama dalam praktikum.
8.      Diskusi dalam kelompok berjalan secara efektif dan kondusif.
9.      Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran
10.  Mampu menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah   dilakukan dengan konteks lain.
11.  Mengomentari gagasan dari teman sekelompok agar gagasan tersebut menjadi lebih sempurna
12.  Mengungkapkan gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada









































Keterangan :  Baik (1),  Tidak Baik (0)
 Konversi nilai : skor total jawaban benar siswa
                          skor maksimum perangkat tes
Skor maksimum perangkat tes = 1 (skor maks. Setiap indikator ) x 11 ( indikator) = 11
 Konversi nilai :   8  x 100 = 72,72 = 73
                           11