Monday, October 17, 2022

KONFLIK DALAM PANDANGAN LEWIS A. COSER


sumber: sosiologi79

A.           BIOGRAFI LEWIS A. COSER

Pemilik nama lengkap Lewis Alfred Coser lahir di Berlin, Jerman pada tanggal 27  November 1913. Ia lahir dalam keluarga borjuis Yahudi dari orang tua Margarete dan Marti Coser. Pada masa remajanya ia sudah bergabung dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan murid yang luar biasa dan tidak rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously sendiri[1].

Ketika Hitler berkuasa di Jerman, Coser melarikan diri ke Paris. Ia bekerja serabutan untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Ia menjadi aktif dalam gerakan sosialis, bergabung dengan beberapa kelompok-kelompok radikal, termasuk organisasi Trotskyis yang disebut "The Spark”[2]. Pada tahun 1936 dia terdaftar di Sorbonne sebagai mahasiswa sastra komparatif, lalu fokus untuk belajar sosiologi. Ia akhirnya mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menjadi seorang ahli statistik untuk perusahaan broker Amerika.

Pada tahun 1942 Coser menikah dengan Rose Laub dan dikaruniai dua orang anak, Ellen dan Steven. Tahun 1948, setelah menyelesaikan pasca-sarjana di Columbia University, Coser menerima posisi sebagai tenaga pengajar ilmu sosial di Universitas Chicago. Ia juga menjadi warga negara AS naturalisasi. Coser kembali ke Universitas Columbia untuk melanjutkan studinya dan menerima gelar doktor pada tahun 1954. Ia diminta oleh Brandeis University di Waltham, Massachusetts AS sebagai seorang dosen dan kemudian sebagai profesor sosiologi.

Dia tetap menjadi mendapat gelar Guru Besar di Brandeis, dan dianggap sebagai surga bagi kaum liberal sampai tahun 1968. Buku Coser tentang Fungsi Konflik Sosial adalah hasil dari disertasi doktoralnya. Karya-karya lainnya antara lain adalah; Partai Komunis Amerika: A Critical History (1957), Men of Ideas (1965), Continues in the Study of Sosial Conflict (1967), Master of Sosiological Thought (1971) dan beberapa buku lainnya di samping sebagai editor maupun distributor publikasi. Coser meninggal pada tanggal 8 Juli 2003, di Cambridge, Massachusetts dalam usia 89 tahun.

B.            ESENSI PEMIKIRAN LEWIS COSER

Teori konflik sosial merupakan salah satu teori yang populer pada tahun 1950-an di Amerika. Secara umum, teori konflik merupakan sekumpulan teori yang menjelaskan tentang peranan konflik baik secara negative maupun positif dalam kehidupan sosial masyarakat. Teori konflik melihat terjadinya ketidakserasian dalam masyarakat. Tokoh teori konflik antara lain Karl Marx, Ralf Dahrendorf, Lewis A. Coser, Max Weber, George Simmel.

The Function Of Social Conflict adalah karya Lewis Coser yang paling terkenal terbitan tahun 1956. Dalam buku tersebut, Lewis Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari konflik. Coser berpendapat bahwa konflik sosial merupakan upaya memperjuangkan pengakuan dan nilai yang sifatnya langka.[3]

Dalam pandangan teori konflik Coser, masyarakat berada dalam kondisi yang damai, tentram, aman, bersatu tanpa adanya konflik satu pun. Salah satu hal yang membedakan pandangan Lewis Coser dengan para tokoh lainnya adalah Lewis Coser menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok, dan dampak positif konflik yang berpotensi menguntungkan. Bahkan Lewis Coser mengkritik dan menolak pandangan sosiolog Amerika Serikat yang memiliki persepsi buruk terhadap fungsi dan konsep konflik sosial.

Coser juga memberikan tawaran melalui pokok teori konflik, yaitu Katup penyelamat (savety valve). Katup penyelamat ini menjadi salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial[4]. Katup penyelamat mengatur apabila terjadi konflik tidak merusak semua struktur yang ada. Katup penyelamat membantu memperbaiki keadaan suatu kelompok yang mengalami konflik. Dengan demikian institusi katup penyelamat memungkinkan pengungkapan rasa tidak puas terhadap struktur.

Coser memandang konflik sebagai sebuah perjuangan atas nilai-nilai dalam menuntut status kekuasaan serta sumber-sumber yang menetralisir misi musuh atau lawan dalam melukai kompetitornya[5]. Analisa Coser tentang fungsi dari konflik sosial dipandang sebagai solusi terhadap perspektif-perspektif teori konflik yang sifatnya radikal yang diusung dalam pandangan Marxis.

Teori konflik yang digagas oleh Coser bersifat naturalis dan menjadi teori yang modern. Coser lebih fokus pada fungsi yang berpengaruh positif dari pada disfungsional konflik. Coser berpendapat bahwa tidak selamanya konflik berkonotasi negatif, sebaliknya konflik sosial dapat menjadikan penguat kelompok sosial tertutup[6]. Dalam masyarakat tertentu secara internal bisa menampakkan kecenderungan disintegrasi, namun konflik dengan masyarakat lain dapat memulihkan integrasi internal tersebut. Konflik dengan sebuah kelompok mungkin membantu menghasilkan keserasian karena ada serangkaian pertikaian dengan kelompok-kelompok lain.

Coser membagi konflik menjadi dua tipe, yakni konflik realistik dan konflik nonrealistik[7]. Konflik realistik bersifat material atau memiliki sumber yang konkret. Misalnya, perebutan wilayah atau sumber ekonomi. Jika salah satu dari mereka memperoleh sumber rebutan itu, dan memperolehnya tanpa adanya perkelahian maka konflik tersebut segera terselesaikan. Sedangkan konflik nonrealistik cenderung bersifat ideologis dan di dorong oleh keinginan yang tidak rasional. Misalnya, konflik antar-etnis, antar-agama, antar-kepercayaan atau yang lainnya. Konflik non-realistik menjadi salah satu cara untuk menurunkan sebuah ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok[8]. Konflik non-realistik ini cenderung sulit untuk menemukan resolusi.

Kesimpulan dari teori konflik menurut Lewis A. Coser bahwa Coser melihat konflik dari segi positif. Bagi Coser konflik tidak selamanya berkonotasi negatif, sebaliknya konflik sosial dapat menjadikan penguat kelompok sosial. Selain itu, untuk mendukung perspektifnya Coser memberi tawaran berupa katup penyelamat bila terjadi konflik. Katup penyelamat mengatur dan membantu bila terjadi konflik agar tidak merusak seluruh struktur yang ada. 

C.           IMPLEMENTASI KONFLIK MENURUT COSER

Konflik merupakan suatu gejala dalam kehidupan manusia yang tidak dapat di hindari. Namun konflik bukan suatu hal yang tidak dapat diselesaikan. Dengan adanya konflik masing-masing individu atau kelompok dapat berjuang membangun kerja sama untuk mempertahankan kesatuan dan integritas sebagai anggota yang paling istimewa di antara yang lain[9].

Selain itu, konflik juga dapat merubah cara pandang seseorang yang sebelumnya pesimis menjadi lebih optimis untuk bersatu dengan kelompok yang lain sehingga konflik tersebut dapat memberi keuntungan bagi sistem yang bersangkutan. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh konflik menjadi fungsi positif terhadap masyarakat[10].

Adapun contoh fungsi konflik menurut Coser contohnya pada pendukung sepakbola. Dalam kasus rivalitas supporter, konflik menjadi motivasi untuk meningkatkan persatuan antar supporter dalam mendukung klub sepakbola jagoannya. Konflik membuat masing-masing anggota supporter menjadi sadar akan perannya, sehingga meningkatkan keaktifan mereka. Hal inilah yang menurut Coser, konflik sebagai sistem sosial berperan untuk menyatukan dan mempertegas identitas supporter. Konflik ini meningkatkan hubungan kelompok sehingga menjadi eksis dan kompak.

Konflik yang terjadi antara rival supporter sepakbola juga membuat kedua kelompok membentuk posisi ketua, koordinator lapangan, dan divisi lain pada saat pertandingan berlangsung. Coser juga mengatakan kelompok memelihara konflik dan katup penyelamat. Katup penyelamat digunakan untuk mencegah konflik menjadi besar yang dapat merusak struktur secara keseluruhan. 

Bila sudah terjadi konflik, katup penyelamat dapat menghambat pertikaian atau permusuhan, mengurangi tekanan dalam menyempurnakan sistem untuk memenuhi kondisi-kondisi yang sedang berubah maupun membendung ketegangan dalam diri individu. Dari contoh inilah sisi positif konflik diperlihatkan. Karena bagi Coser konflik tidak hanya berdampak negative tapi juga berdampak positif.



[1] Khusniati Rofiah. 2016. Dinamika Relasi Muhammadiyah dan NU Dalam Perspektif Teori Konflik Fungsional Lewis A. Coser. KALAM. Volume 10, No. 2, Desember 2016, halaman 469 – 490

[2] Saud. Muhammad Yamin dkk. 2020. Teori-teori Sosial dan Kearifan Budaya Lokal Dalam Perspektif Perencanaan. Cetakan Pertama. Repository unhas.

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/10100/2/TTSdKBLdPP.pdf

[3] Ali Mursyid Azisi. 2021. Studi Komparatif Teori Konflik Johan Galtung dan Lewis A. Coser. Jurnal Yaqzhan, Vol. 07 No. 02, Desember 2021

[4] Limas Dodi. 2017. Sentiment Ideology: Membaca Pemikiran Lewis A. Coser Dalam Teori Fungsional Tentang Konflik (Konsekuensi Logis Dari Sebuah Interaksi Di Antara Pihak Jamaah Ldiidengan Masyarakat Sekitar Gading Mangu-Perak-Jombang). Jurnal Al-‘Adl. Vol. 10 No. 1

[5] Dede Nova Andriyana. 2020. Konflik Sosial dalam Novel Tan Karya Hendri Teja Melalui Teori Konflik Lewis A. Coser. Piktorial: Jurnal Of Humanity, 110.

[6] Zainuddin Maliki. 2002. Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya: LPAM. Hal.  210.

[7] Limas Dodi, 2017. Sentiment Ideology: Reading Lewis Thinking A. Coser in Functional Theory About The Conflict”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 10, No. 1 (Januari, 2017). hal. 107

[8] Dewi Wulansari. 2009.  Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama. Halm 185.

[9] Anton Van Harskamp. 2005. Konflik-konflik dalam Ilmu Sosial, Terj. Bern Hidayat. Yogyakarta: Kanisius. Halm. 5.

[10] Nur Azizah. 2020. Pemikiran Kh. Zubair Muntashor Dan Kh. Shinwan Adra’ie Dalam Merespon Isu Bidah Di Bangkalan Madura (Analisis Teori Konflik Sosial Lewis Alfred Coser). Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya