Monday, April 4, 2022

PACARAN DALAM PANDANGAN MAX WEBER

Semua tindakan yang mempengaruhi orang lain adalah tindakan sosial
~ Max Weber ~

https://mudabicara.com/
sumber:mudabicara.com

A.           BIOGRAFI MAX WEBER

Maximilian Weber atau yang lebih dikenal dengan nama Max Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 di kota Erfurt, Jerman. Ia lahir dalam keluarga borjuis yang memiliki latar belakang berbeda. Ayahnya  bernama Max Weber Sr seorang birokrat yang menduduki posisi relatif penting dan ibu Helene Fallenstein seorang wanita yang sangat religius. Ketika berusia lima tahun keluarganya pindah ke Berlin[1]. Weber remaja pemikiran sangat dipengaruhi oleh kedua orang tuanya. 

Melihat latar belakang berbeda antara kedua orang tuanya tersebut, Weber dihadapkan pada pilihan yang sulit yakni lebih cenderung kepada ayahnya ataukah ibunya. Pada awalnya Max Weber lebih cenderung kepada ayahnya namun kemudian lebih dekat dengan ibunya. Ketertarikannya terhadap dunia akademis berawal saat memasuki usia 18 tahun, Ia masuk di Universitas Heidelberg mulai mempelajari hukum. Karena situasi politik Max weber meninggalkan Heidelberg untuk menjalani wajib militer.

Tahun 1884 kembali ke berlin untuk mengambil kuliah di Unversitas Berlin, yang kemudian mendapatkan gelar doktor dan menjadi pengacara. Pada tahun 1896, Max Weber mendapatkan gelar profesor ekonomi di Heidelberg. Tahun 1893, Ia menikahi Marisnne Schnitzer. Di tahum 1897 saat karirnya sedang berkembang ayahnya meninggal dunia dan Weber mengalami keruntuhan mental. Ia sering kali tidak mau tidur dan bekerja. Tujuh tahun kemudian, tepatnya tahun 1904, Weber kembali bangkit dan menuliskan karyanya.

Pengaruh Weber dituangkan melalui karyanya seperti,  Economy and Society (1910), Sociology of Religion (1916), dan Methodological Essays (1902). The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1905). Salah satu pemikiran Weber dalam sosiologi yang terkenal lainnya adalah konsep tindakan sosial dalam karya berjudul " Basic Sociological Terms ".

Ia meninggal di Munchen, Jerman pada 14 Juni 1920, pada usianya yang ke-56 tahun. Ideologi weber dipengaruhi oleh pendahulunya seperti Karl Marx, Emile Durkheim, Auguste Comte, Georg Simmel, Immanuel Kant Pitirim A. Sorokin. Weber adalah seorang ahli politik, ekonom, geograf, dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri awal dari Ilmu Sosiologi dan Administrasi negara modern. Secara umum pemikiran Weber banyak mempengaruhi diskursus soal modernitas dan post-modernitas. Selain itu karya-karyanya menjadi rujukan para tokoh sosiolog setelahnya seperti Pierre Bourdieu dan Anthony Gidden.

B.            TEORI SOSIOLOGI WEBER

Dari beberapa pemikiran Weber, tulisan ini mengkaji pemikiran Weber yaitu tindakan sosial. Secara umum memang tujuan sosiologi salah satunya adalah memahami secara mendalam makna subjektif dari tindakan sosial seorang individu. Dengan menghargai bentuk-bentuk tindakan individu atau kelompok yang menjadi ciri khasnya, maka orang dapat memahami alasan-alasan mengapa masyarakat (individu atau kelompok) bertindak. Setiap hal yang dilakukan adalah sebuah tindakan, begitu juga dengan langkah atau keputusan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bukunya yang berjudul Basic Sosiological Terms Weber membahas kajian sosiologi menurut dirinya, yakni tindakan sosial. Weber menyatakan bahwa setiap tindakan seseorang (individu) yang ditujukan kepada individu atau kelompok lain memiliki makna yang bersifat subjektif. Tindakan tersebut memungkinkan seseorang atau kelompok mampu mempengaruhi dan menerima pengaruh dari orang lain. Max Weber menggolongkan tindakan seseorang menjadi empat tipe, diantaranya yakni :

No.

Tipe Tindakan Sosial menurut Weber

Tindakan Sosial

Hakikat

Contoh

1.

Tradisional

Tindakan yang diulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannnya.

Tindakan warisan yang diturunkan dan berlaku turun temurun (mendarah daging).

 

Saya melakukan ini, karena pendahulu saya selalu melakukan”.

 

Pulang kampung disaat lebaran atau Idul Fitri.

 

Tradisi Ngaben di Bali  untuk menghormati orang yang telah meninggal dunia.

2.

Afeksi

Tindakan yang dilakukan karena dorongan perasaan/emosi (gembira, marah, takut), dilakukan tanpa melalui pemikiran yang rasional.

 

Bersifat spontan, tidak rasional, ekpresi emosional individu.

Hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta.

Siswa dihukum guru karena menyontek.

3.

Rasional nilai

Tindakan yang dilakukan dengan melalui pemikiran secara rasional atau memperahatikan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat maupun nilai agama yang ia miliki.

Seperti etika, estetika, agama, dan nilai-nilai lain.

Orang memilih berjabat tangan mengunakan tangan kanan dari pada tangan kiri.

seorang anak yang berhenti main bola untuk melakukan ibadah.

4.

Rasionalitas   instrumental

Tindakan didasari pada akal/rasio (pemikiran rasional) dengan melakukan sesuatu upaya/usaha sehingga dapat mecapai tujuan yang diharapkan.

Tindakan ini berdasarkan perencanaan yang matang serta pertimbangan sebelumnya.

Seorang murid belajar demi persiapan ulangan.

 

Membeli sepeda motor agar ketempat kerja tidak terlambat.


Weber menekankan bahwa tindakan sosial mengandung makna jika ditujukan atau memperhitungkan keberadaan orang lain. Jika tindakan yang dilakukan tidak mempengaruhi orang lain maka tindakan itu bukan termasuk tindakan sosial.


Marah dan membanting barang pribadi. 

(bukan tindakan sosial karena tidak mempengaruhi orang lain)

 

menanam bunga untuk koleksi pribadi

 

menjadi tindakan sosial,  jika 

menjadi tindakan sosial, jika 

Marah, lalu mendorong teman.

(ada kemungkinan dia kesal dan balas mendorongmu lagi)

menanam bunga untuk diikutkan dalam lomba. 


Berdasarkan contoh tersebut menunjukan bahwa tidak semua tindakan dapat dikatakan sebagai tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain. Oleh karena itu, sebuah tindakan dapat dikatakan sebagai tindakan sosial jika memiliki ciri tertentu.

  1. Mempunyai arah dan akibat (makna).
  2. Dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
  3. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang lain.

Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Weber menuangkan pemikiran yang sangat penting dalam dunia sosiologi yakni tentang tindakan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang secara sadar dan tidak sadar melakukan tindakan sosial tersebut. Perbuatan orang, perilaku orang, aktivitas orang baik positif maupun negatif yang turut andil mempengaruhi orang lain dan masuk dalam kategori tindakan sosial. 


C.         PACARAN DALAM PRESPEKTIF WEBER

Sebagai implementasi dari salah satu pemikiran Weber, kita melihat pacaran dari pandangan Weber. Berpacaran atau lebih dikenal dengan istilah pacaran merupakan hal yang sering terdengar pada saat ini. Pacaran berasal dari kata ‘pacar’ yang berarti teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih atau bisa disebut kekasih. Sebuah hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan antara seorang laki-laki dan perempuan. Pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang terhadap lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki.

Bennet (Wisnuwardhani, 2012:83)[2] menyebutkan bahwa “Pacaran adalah hubungan pranikah antara pria dan wanita yang diterima oleh masyarakat. Pacaran merupakan salah satu bentuk ekspresi akibat adanya perbedaan naluriah seks antara dua jenis kelamin yang disebabkan oleh kematangan seksual”. Cinta romantis menandai kehidupan percintaan para remaja. Menurut Erikson (Santrock, 2003:239)[3] pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya memainkan peran yang penting dalam perkembangan identitas dan keakraban. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan, dan rasa cemburu. Jadi pengalaman remaja terhadap cinta romantis atau hubungan pacaran menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam fase perkembangannya. Pacaran juga memiliki beberapa fungsi. Menurut Paul & White (http://repository.radenfatah.ac.id/) fungsi pacaran pada remaja ada 8 yaitu:

•Memberi status dan prestasi.

•Proses sosialisasi masa remaja.

•Bergaul dengan orang lain dan mempelajari tatakrama dan perilaku sosial.

•Menciptakan relasi yang bermakna dan unik.

•Merupakan sebuah bentuk rekreasi.

•Berkontribusi bagi pembentukan dan pengembangan identitas.

•Memberi rasa persahabatan.

•Memberikan kesempatan kepada remaja untuk mensortir dan memilih pasangan hidup.

Tindakan sosial dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, mempunyai arah dan akibat, serta dipengaruhi dan mempengaruhi oleh orang lain. Tindakan yang dilakukan mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Berpacaran melibatkan sepasang kekasih (perempuan dan laki-laki). Hubungan ini juga melibatkan keterikatan emosi antara pria dan wanita dengan makna saling mengenal, dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. Tentunya dalam hubungan ini kedua orang tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.

Merujuk pada tipe tindakan sosial dari pandangan Weber, bahwa pacaran termasuk tindakan sosial. Hal ini karena terciptanya interaksi antara dua orang yang saling mempengaruhi, diwarnai dengan keintiman (keterbukaan diri dan rasa kepemilikan). Hasil akhir dari hubungan pacaran adalah menyatukan kedua orang tersebut kedalam sebuah pernikahan sebagai suami istri. Pertanyaannya, perlukah menerapkan tindakan sosial dalam berpacaran? Sudah cukup efektifkah masa pacaran? Atau seperti lagu mau dibawa kemana hubungan pacaran tersebut?.

Pacaran memang memabukan. Dalam berpacaran juga perlu mempertimbangkan untung dan rugi secara rasional. Ada sebagian orang yang merasa bahwa pacaran memperhitungkan untung dan rugi termasuk hal yang terlalu rasional. Ada sebagian lagi yang menganggap bahwa pacaran soal rasa (afektif). Tindakan afektif ini tidak bisa disalahkan. Pacaran adalah soal rasa, tanpa rasa hubungan akan hambar. Pacaran waktunya mengekspresikan rasa cinta, kasih, sayang sehingga hal yang terlalu rasional yang akan membuat rasa (afektif) menjadi tidak mengasikkan. Dalam hal ini bahwa, orang mengimplementasikan tindakan afektifnya Weber. Tindakan yang dilakukan karena dorongan perasaan atau emosi (gembira, marah, takut), dilakukan tanpa melalui pemikiran yang rasional. Pacaran adalah sebuah tindakan yang mengatasnamakan cinta. Orang melibatkan panca indra hingga hati orang untuk memilih. Bahkan tidak jarang orang melibatkan semua perasaan orang, demi sebuah kepemilikan bebalut kata jadian.

Tindakan sosial tradisional merupakan tindakan yang diulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannnya. Tindakan warisan yang diturunkan dan berlaku turun temurun (mendarah daging). Dalam hal ini, memilih pasangan hidup terkadang juga hanya karena mematuhi peraturan orang tua, demi membehagiakan mereka sebagai bentuk bahwa orang bakti kepada orang tua. Orang sudah ditanamkan dari kecil bahwa harus patuh terhadap nasihat orang tua. Patuh terhadap orang tua menjadi aturan turun temurun dan sudah mendarah daging dengan kebiasaan masyarakat orang. Dalam memilih pasangan orang melibatkan orang tua bahkan keluarga besar. Keputusan orang tua adalah keputusan yang terbaik. Hal ini tidak bisa disalahkan dan tidak bisa dibenarkan.

Pacaran memang memabukkan, ditambah lagi ada keromantisan, jangan sampai orang terlena didalamnya. Seseorang perlu melibatkan hal-hal yang rasional. Pacaran benar adalah soal Rasa (afektif). Maukah orang seterusnya hanya mengekspresikan soal rasa tanpa ada akhir dari hubungan? Kalau keasikan sering memabukan orang pacaran, apakah orang bisa kenyang, membangun rumah, membiayai kehidupan keluarga, hanya dengan rasa? Perhitungan nalar juga harus ikut bicara. Tindakan rasionalitas instrumental didasari pada akal/rasio (pemikiran rasional) dengan melakukan sesuatu upaya atau usaha sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tindakan ini berdasarkan perencanaan yang matang serta pertimbangan sebelumnya. Sekali lagi, jangan menghabiskan waktu tanpa kepastian. Kita meresikokan banyak hal. Tetapi jangan juga terburu-buru hanya untuk menikah, kembali lagi, libatkan tindakan rasional.

Selain tindakan afektif, tradisional, rasional instrumental, tindakan rasional nilai tidak kalah penting untuk dilibatkan dalam pacaran. Rasional nilai dilakukan melalui pemikiran secara rasional atau memperahatikan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat maupun nilai agama yang dimiliki. Memilih pasangan hidup harus mempertimbangkan nilai agama, atau bahkan nilai adat istiadat (kebudayaan). Hal ini agar kedua pasangan kedepannya tidak saling menyalahkan sehingga tidak ada yang dirugikan nantinya. Sekiranya sudah ada perbedaan yang tidak bisa dipaksa untuk bersatu, alangkah lebih baik kita melepaskannya dari awal. Jangan memaksa sesuatu yang tidak bisa disatukan. Dalam ilmu alampun ada campuran bernama heterogen yang tidak bisa bersatu, air dan pasir, air dan minyak. Dari tindakan rasional nilai, Weber mengajak kita melihat pacaran dari segi agama dan budaya.

Perilaku berpacaran pada diri tiap individu tidak pernah sama. Masa pacaran dianggap sebagai masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, ditandai dengan saling mengenal secara pribadi, baik kekurangan maupun kelebihan masing-masing individu. Saling mengenal satu sama lain dalam balutan kata pacaran juga ada fungsinya dan manfaatnya. Akhir dari hubungan pacaran, tidak harus menjadi persoalan benar salahnya. Keputusan akhir dari hubungan pacaran menjadi pembicaraan serius kedua pasangan. Jika dalam hubungan terjadi ketidakcocokan dan saling menyakiti, alangkah lebih baiknya hubungan tersebut diakhiri. Begitupun sebaiknya. Dari hal ini, Weber mengajak kita bahwa dalam menentukan calon pasangan hidup, perpaduan antara berbagai jenis tindakan sosial, bahkan keempat dari jenis tindakan sosial itu dilakukan semuanya.



[1] Doyle Paul Jonhson. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Ed. Ke-1. Terjemahan: Robert M.Z. Lawang. (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta), hal 209.

[2] Wisnuwardhani, Dian dan Sri Fatmawati Mashoedi. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika

[3] Santrock. (2003). Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

2 comments: