Tuesday, October 9, 2018

KAJIAN TEORI PEMBELAJARAN TERPADU



A.            Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa.  Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah umum dalam makalah ini adalah “Bagaimana kajian teori pembelajaran terpadu?”. Dari masalah umum tersebut kemudian dirumuskan sub masalah sebagai berikut:
1.             Apakah hakaikt dari pembelajaran terpadu?
2.             Bagaimana karaktreristik pembelajaran terpadu?
3.             Bagaimana landasan dan prinsip pembelajaran terpadu?
4.             Bagaimana model  pembelajaran terpadu?
5.             Bagaimana penerapan pembelajaran terpadu?

C.            Hakikat Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.  Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolah proses latihan atau hafalan sebagai dasar pembentukan penetahuan dan struktur intelektual anak. Menurut Siti Aisyah (2007:26) teori pembelajaran terpadu  dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
Pendukung utama pembelajaran terpadu muncul dari kalangan konstruktivis, seperty Vygotsky. Kalangan ini menganjurkan dengan kuat bahwa seorang belajar secara aktif  membangun kebermaknaan  dari pengalaman-pengalaman yang diperolehnya secara melekat.  Kalangan konstruktivis juga menganjurkan bahwa pembentukan pengetahuan dan keterampilan seseorang terjadi secara dinamis dan tergantung dengan keterhubungan dari pengalaman yang dilaluinya.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna menurut Murfiah (2017:10) “Memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar  pembelajaran terpadu diantaranya :
Menurut Forgarty (Isjoni, 2007:133) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu menjadi konsep dapat pula dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan berbagai bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-konsep yang akan mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan konsep lain yang mereka sudah miliki. Konsep menurut Murfiah (2017:10) berarti hasil dari beberapa perpaduan, ataupun bentuk yang dipadukan menghasilkan sebuah wajah baru. Contohnya pembelajaran terpadu memberikan sebuah pemahanam dari beberapa materi menghasilkan sebuah wajah baru disebut tema, yang dikembangkan saat dalam pendekatan kurikulum 2013 merupakan perpaduan dari beberapa mata pelajaran.
Menurut Joni (Trianto, 2014:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa autentik menjadi pengendali dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Eliason dan Jenkins (Siti Aisyah, 2007:25) Disamping mengintegrasikan semua bidang pengembangan, pembelajaran terpadu juga memberikaan kesempatan kepada anak untuk menembnkn seluruh potensi daan keterampilannya secara optimal, seperti melatih kemampuan halus dan kasar, mengobservasi, menghitung, mengingat, bermain peran seta mengeksplorasi gagasan serta kreativitasnya.
Menurut Hadisubroto (Trianto, 2014:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, maka pembelajaran menjadi bermakna. Sejalan dengan  pandangan ini, Ausabel (Sundayana, 2014:9) melalui teori pembelajaran bermakna bahwa “Learning takes place in the human organism through a meaningful process of relating new events or item  to already existing cognitive consepts or propositions”.  teori ini menunjukan bahwa pembelajaran bagi peserta didik akan bermakna bila apa yang dipelajari oleh mereka berhubungan dengan apa yang diketahui dan dialaminya.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi yang memberikan sebuah makna pembelajaran dengan fakta-fakta dilapangan. Pembelajaran terpadu juga memberikan rangsangan kepada  peserta didik untuk bertanya atau mengobservasi, menalar sebab akibat yang mungkin ditimbulkan dari materi yang diterimanya, dan menggali apa yang belum diketahui atau juga mempertajam pengetahuan yang sudah diketahuinya.

D.            Karaktreristik Pembelajaran Terpadu
Hendrik (Siti Aisyah, 2007: 27) mengemukan bahwa pembelajaran terpadu membantu anak mengembangkan semua pemikirannya secara langsung dalam proses belajar mereka. Osborn dan Osborn (Siti Aisyah, 2007: 27)  mengemukakan bahwa memalui pembelajaran yang didasarkan pada tema, anak membangun sebuah konsep pemahaman yang lebih konstektual. Pembelajaran terpadu memungkinkan anak mencapai pemahaman yang lebih tinggi, holistik, dan autentik sebagai ciri belajar aktif serta mampu meningkatkan berbagai keterampilan personal skill sebagai bentuk dari life skills, (Isjoni, 2007:134). Menurut Trianto (2014:62) menyatakan bahwa karkteristik pembelajaran terpadu yang dimaksud meliputi:
1.             Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang menghadapinya.
2.             Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skema yang dimiliki siswa sehingga hasil belajar akan lebih bermkna dan nyatv dari berbagai konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3.             Autentik, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung memungkinkan anak memahami hasil belajarnya secara langsung bukan hasil pemberitahuan guru.
4.             Aktif, pembelajaran terpadu pada dasarnya dikembangkan pada pendekatan discoveri-inqury, dimana menurut Murfiah (2017:21) pendekatan discoveri-inqury siswa perlu terlibat aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya.

Sejalan dengan itu, Tim Kemendikbud 2013, mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.             Pembelajaran berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2.             Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek. Hasil yang nyata di dapat dari segala keterkaitan dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.
3.             Belajar melalui pengalaman langsung, siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4.             Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi.
5.             Sarat dengan muatan keterkaitan, pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

E.            Landasan dan Prinsip Pembelajaran Terpadu
Landasan dan prinsip pembelajaran terpadu menurut Murfiah (2017:11) tentunya berkitan dengan kebutuhan dari setiap apa yang menjadi cita-cita dalam pembangunan pendidikan. Prinsip ini berkiaitan dengan kehidupan sosial masyarakat atau berkaitan dengan budaya yang terdapat disuatu daerah. Sedangkan budaya berkaitan dengan agama, adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal.
Isjoni (2007:132) menyatakan bahwa landasan pembelajan terpadu adalah:
1.             Progresivisme
Aliran ini menyatakaan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami.  Pembelajaran di sekolah seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga memberikan makna kepada banyak siswa.
2.             Konstruksivisme
Aliran ini menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dalam belajar bermakna. Belajar bermakn tidak akan terwujud hanya karena mendengarkan ceramah-ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain yang sudah diabstraksikaan. Mengalami sendiri merupakan kunci kebermaknaan.
3.             Development Approirate Practice (DAP)
Menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognitif, emosi, minat, dan bakaat siswa.
4.             Landasan Normatif
Landasan ini dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaan mencari hasil yang optimal.
5.             Landasan praktis
Landasan ini dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaan mencapai hasil yang optimal.

Permendikbud No. 57  Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 (Lampiran III) memiliki prinsip-prinsip pembelajaran tematik terpdu sebi berikut:
1.             Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
2.             Pemisah antara mata pelajaran menjadi tidak begitu tampak. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan kompetensi melalui tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
3.             Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang berkitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
4.             Sumber belajar tidak terbatas pada buku.
5.             Peserta didik dapat bekerja secara mandiri ataupun berkelompok sesuai dengan karakteristik kegiatan yang dilakukan.
6.             Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat mengakomodasi peserta didik yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik.
7.             Kompetensi dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri.
8.             Memberi pengalaman langsung terhadap peserta didik.

Pembelajaran terpadu diberikan kepada peserta didik dengan terus menerus dan tidak menjenuhkan, dilakukan dengan penuh keseriusan dan tanggung jawab bukan hanya pemenuhan tugas, melainkan menjadi inspirasi yang mendongkrak semangat belajar siswa.

F.           Model  Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu menurut Forgarty (Isjoni, 2007:144) ada sepuluh macam diantaranya: model satu arah (fragmented), model terhubung (connected), model sarang atau kacamata (nested), model urutan atau tahapan (sequenced), model berbagi pendapat atau panduan (shared), model jaring laba-laba (webbed), model bergalur (threaded), model terpadu (integrated), model terbenam (immersed), dan model jaring-jaring (networked). Adapun masing-masing model menurut Murfiah (2017:75-78) dijabarkan sebagai berikut:
1.             Model satu arah (fragmented) merupakan model dengan pembelajaran disusun secara terpisah pada jam yang berbeda-beda dan terbatas pada satu mata pelajaran saja.
2.             Model urutan atau tahapan (sequenced) adalah memadukan dua bidang studi yang pokok bahasaannya mempunyai kesamaan dan keterkaitan dan saling mendukun bidn studi satu sama lain.
3.             Model jaring-jaring (networked), merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
4.      Model berbagi pendapat atau panduan (shared), merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang tindih konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam tata negara, dan sebainya.
5.             Model bergalur (threaded) merupakan keterpaduan dalam bentuk metakurikulum yang diumpamakan sebagai kaca pembesar, yaitu dengn cara memperbanyak seluruh isi melalui pendekatan metakurikuler, misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel.
6.        Model terbenam (immersed) mempunyai pandangan sangat pribadi sifatnya, karena seluruh materi disaring lewat lensa kepentingan siswa dan tenggelam dalam pengalaman pribadi.
7.       Model terhubung (connected) mengarah pada memadukan hubungan antara konsep-konsep, keterampilan, tugas dalam satu pelajaran, antara semester yang satu dengan semester yang lain.
8.         Model sarang atau kacamata (nested) merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Keterampilan belajar tersebut meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisir.
9.    Model terpadu (integrated), menggunakan pendekatan antar mata pelajaran dengan menggabungkan mata pelajaran (interdisipliner), menetapkan prioritas materi pembelajaran dan keterampilan didalam beberapa mata pelajaran.
10.       Model jaring laba-laba (webbed) dengan cara menentukan tema sentral atau topik terlebih dahulu dikaitkan dengan subtema dari berbagai bidang studi terkait.

                    Gambar 2.1 Model Pembelajaran Terpadu
                                 Sumber: alkhanima.blogspot.com

Berdasarkan model pembelajaran terpadu, Indonesia memilih tiga model untuk dikembangkan (Permendiknas No. 57 Tahun 2014 Lampiran III) yaitu model jaring laba-laba (webbed), model terhubung (connected), dan model terpadu (integrated).

G.            Penerapan Pembelajaran Terpadu
Dalam pelaksanan pembelajarn terpadu, menurut Siti Aisyah (2007:26) pelaksanaan pembelajaran terpadu harus bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Hal ini karena pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Penerapan pembelajaran terpadu (tematik integratif) perlu ditetapkan wilayah keterpaduannya, apakah dalam satu mata pelajaran, multi mata pelajaran, antar mata pelajaran atau trans mata pelajaran. Persiapan, monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan keefektifan dan keefisienannya.
Oleh karena tugas utama para guru adalah membantu mengobtimalkan perkembangan anak melalui kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak karena berbagai perkembangan yang dialami oleh anak pada umumnya diperoleh memalui proses belajar. Implikasinya adalah guru harus mampu selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan anak, memilih dan menentukan cara belajar,  dan mengajaryang dapat memberikan hasil optimal dan mengembangakan pelaksanaan proses pembelajaran.
Pembelajaran terpadu akan membentu menciptakan kesempatan yang luas bagi anak untuk membangun konsep-konsep dilingkungannya yang saling berkaitan dan saling memahami masalah yang ada dilingkungannya dengan pandangan yang utuh.  Sehingga, proses dalam pencapaian kompetensi anak sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan perilaku anak. Melalui pembelajaran ini diharapkan dapat terbentuk tingkah laku dan potensial setiap anak menuju kedewasaan, baik fisik, mental atau intelektual, moral maupun sosial.


H.            KESIMPULAN
Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan keterkaitan inter dan antar bidang studi. Dalam melaksanakan pembelajaran terpadu, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi objektif dan kebutuhan peserta didik untuk mewujudkan praktik keterpaduan belajarnya.
Karaktreristik pembelajaran terpadu adalah berpusat pada anak yang memberikan pengalaman langsung sehingga membantu anak memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Landasan dan prinsip pembelajaran terpadu tentunya berkitan dengan kebutuhan dari setiap apa yang menjadi cita-cita dalam pembangunan pendidikan. Prinsip ini berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat atau berkaitan dengan budaya yang terdapat disuatu daerah.
Model  pembelajaran terpadu ada sepuluh macam diantaranya: model satu arah, model terhubung, model sarang, model urutan atau tahapan, model berbagi pendapat atau panduan, model jaring laba-laba, model bergalur, model terpadu, model terbenam, dan model jaring-jaring. Adapun penerapan pembelajaran terpadu harus bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Hal ini karena pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

I.            SARAN
Guru yang baik seharusnya selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model-model pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik serta bermakna bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment