A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terpadu merupakan
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa
aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan
adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini
memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran.
Untuk itu guru dituntut harus
mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat.
Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang
disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh
siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam
memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, masalah umum dalam makalah ini adalah “Bagaimana kajian teori pembelajaran terpadu?”. Dari masalah umum
tersebut kemudian dirumuskan sub masalah sebagai berikut:
1.
Apakah hakaikt dari pembelajaran
terpadu?
2.
Bagaimana karaktreristik
pembelajaran terpadu?
3.
Bagaimana landasan dan prinsip
pembelajaran terpadu?
4.
Bagaimana
model pembelajaran terpadu?
5.
Bagaimana penerapan
pembelajaran terpadu?
C.
Hakikat
Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang
berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolah proses
latihan atau hafalan sebagai dasar pembentukan penetahuan dan struktur intelektual
anak. Menurut Siti Aisyah (2007:26) teori pembelajaran terpadu dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt
(termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna
dan menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak.
Pendukung utama pembelajaran terpadu muncul dari kalangan
konstruktivis, seperty Vygotsky. Kalangan ini menganjurkan dengan kuat bahwa
seorang belajar secara aktif membangun
kebermaknaan dari pengalaman-pengalaman
yang diperolehnya secara melekat.
Kalangan konstruktivis juga menganjurkan bahwa pembentukan pengetahuan
dan keterampilan seseorang terjadi secara dinamis dan tergantung dengan
keterhubungan dari pengalaman yang dilaluinya.
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna menurut Murfiah (2017:10) “Memberikan arti bahwa
pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran”.
Beberapa
pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang
pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
Menurut Forgarty (Isjoni, 2007:133) menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu menjadi konsep dapat pula dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar
yang melibatkan berbagai bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna
bagi siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan
memahami konsep-konsep yang akan mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan menghubungkan konsep lain yang mereka sudah miliki. Konsep menurut Murfiah
(2017:10) berarti hasil dari beberapa perpaduan, ataupun bentuk yang dipadukan
menghasilkan sebuah wajah baru. Contohnya pembelajaran terpadu memberikan
sebuah pemahanam dari beberapa materi menghasilkan sebuah wajah baru disebut
tema, yang dikembangkan saat dalam pendekatan kurikulum 2013 merupakan
perpaduan dari beberapa mata pelajaran.
Menurut Joni (Trianto, 2014:56) menyatakan bahwa
pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.
Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa autentik menjadi
pengendali dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Eliason dan Jenkins
(Siti Aisyah, 2007:25) Disamping mengintegrasikan semua bidang pengembangan,
pembelajaran terpadu juga memberikaan kesempatan kepada anak untuk menembnkn
seluruh potensi daan keterampilannya secara optimal, seperti melatih kemampuan
halus dan kasar, mengobservasi, menghitung, mengingat, bermain peran seta
mengeksplorasi gagasan serta kreativitasnya.
Menurut Hadisubroto (Trianto, 2014:56) menyatakan bahwa
pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok
bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep
tertentu dikaitkan dengan konsep lain, maka pembelajaran menjadi bermakna.
Sejalan dengan pandangan ini, Ausabel
(Sundayana, 2014:9) melalui teori pembelajaran bermakna bahwa “Learning takes place in the human organism
through a meaningful process of relating new events or item to already existing cognitive consepts or
propositions”. teori ini menunjukan
bahwa pembelajaran bagi peserta didik akan bermakna bila apa yang dipelajari
oleh mereka berhubungan dengan apa yang diketahui dan dialaminya.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran terpadu merupakan suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai
bidang studi yang memberikan sebuah makna
pembelajaran dengan fakta-fakta dilapangan. Pembelajaran terpadu juga
memberikan rangsangan kepada peserta
didik untuk bertanya atau mengobservasi, menalar sebab akibat yang mungkin
ditimbulkan dari materi yang diterimanya, dan menggali apa yang belum diketahui
atau juga mempertajam pengetahuan yang sudah diketahuinya.
D.
Karaktreristik
Pembelajaran Terpadu
Hendrik (Siti Aisyah, 2007: 27) mengemukan bahwa
pembelajaran terpadu membantu anak mengembangkan semua pemikirannya secara
langsung dalam proses belajar mereka. Osborn dan Osborn (Siti Aisyah, 2007:
27) mengemukakan bahwa memalui
pembelajaran yang didasarkan pada tema, anak membangun sebuah konsep pemahaman
yang lebih konstektual. Pembelajaran terpadu memungkinkan anak mencapai
pemahaman yang lebih tinggi, holistik, dan autentik sebagai ciri belajar aktif
serta mampu meningkatkan berbagai keterampilan personal skill sebagai bentuk
dari life skills, (Isjoni, 2007:134). Menurut Trianto (2014:62) menyatakan
bahwa karkteristik pembelajaran terpadu yang dimaksud meliputi:
1.
Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat
perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang
kajian sekaligus, tidak
dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann
siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti,
hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau
mengahdapi kejadian yang menghadapinya.
2.
Bermakna, pengkajian
suatu fenomena dari berbagai aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antar skema yang dimiliki siswa sehingga hasil belajar akan lebih bermkna dan nyatv dari berbagai konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal
ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan
perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam
kehidupannya.
3.
Autentik, kegiatan
pembelajaran yang
dilaksanakan secara langsung memungkinkan anak memahami hasil belajarnya secara
langsung bukan hasil pemberitahuan guru.
4.
Aktif, pembelajaran
terpadu pada dasarnya dikembangkan pada pendekatan discoveri-inqury, dimana menurut Murfiah (2017:21) pendekatan discoveri-inqury siswa perlu terlibat
aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasinya.
Sejalan
dengan itu, Tim Kemendikbud 2013,
mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.
Pembelajaran berpusat
pada anak, karena
pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa
dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari
suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2.
Menekankan pembentukan
pemahaman dan kebermaknaan, pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek. Hasil yang nyata di
dapat dari segala keterkaitan dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.
3.
Belajar melalui
pengalaman langsung, siswa
akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka
alami, bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator
dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.
4.
Lebih memperhatikan
proses daripada hasil semata, pembelajaran
terpadu dikembangkan pendekatan discovery
inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses
evaluasi.
5.
Sarat dengan muatan
keterkaitan, pembelajaran
terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau
peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Sehingga memungkinkan siswa untuk
memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya
nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada.
E.
Landasan
dan
Prinsip
Pembelajaran Terpadu
Landasan dan prinsip pembelajaran terpadu menurut Murfiah
(2017:11) tentunya berkitan dengan kebutuhan dari setiap apa yang menjadi
cita-cita dalam pembangunan pendidikan. Prinsip ini berkiaitan dengan kehidupan
sosial masyarakat atau berkaitan dengan budaya yang terdapat disuatu daerah.
Sedangkan budaya berkaitan dengan agama, adat istiadat, tradisi dan kearifan
lokal.
Isjoni (2007:132) menyatakan bahwa landasan pembelajan
terpadu adalah:
1.
Progresivisme
Aliran ini menyatakaan bahwa pembelajaran seharusnya
berlangsung secara alami. Pembelajaran
di sekolah seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga memberikan makna kepada
banyak siswa.
2.
Konstruksivisme
Aliran ini menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri
oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dalam belajar bermakna.
Belajar bermakn tidak akan terwujud hanya karena mendengarkan ceramah-ceramah
atau membaca buku tentang pengalaman orang lain yang sudah diabstraksikaan.
Mengalami sendiri merupakan kunci kebermaknaan.
3.
Development
Approirate Practice (DAP)
Menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognitif, emosi,
minat, dan bakaat siswa.
4.
Landasan Normatif
Landasan ini dilaksanakan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaan mencari
hasil yang optimal.
5.
Landasan praktis
Landasan ini dilaksanakan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaan mencapai
hasil yang optimal.
Permendikbud No. 57
Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 (Lampiran III) memiliki prinsip-prinsip
pembelajaran tematik terpdu sebi berikut:
1.
Peserta didik
mencari tahu, bukan diberi tahu.
2.
Pemisah antara mata
pelajaran menjadi tidak begitu tampak. Fokus pembelajaran diarahkan pada
pembahasan kompetensi melalui tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan
peserta didik.
3.
Terdapat tema yang
menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang berkitan dengan berbagai
konsep, keterampilan dan sikap.
4.
Sumber belajar
tidak terbatas pada buku.
5.
Peserta didik dapat
bekerja secara mandiri ataupun berkelompok sesuai dengan karakteristik kegiatan
yang dilakukan.
6.
Guru harus
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat mengakomodasi peserta
didik yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan
terhadap suatu topik.
7.
Kompetensi dasar
mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri.
8.
Memberi pengalaman
langsung terhadap peserta didik.
Pembelajaran terpadu diberikan kepada peserta didik dengan
terus menerus dan tidak menjenuhkan, dilakukan dengan penuh keseriusan dan
tanggung jawab bukan hanya pemenuhan tugas, melainkan menjadi inspirasi yang
mendongkrak semangat belajar siswa.
F.
Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu menurut Forgarty (Isjoni,
2007:144) ada sepuluh macam diantaranya: model satu arah (fragmented), model terhubung (connected),
model sarang atau kacamata (nested),
model urutan atau tahapan (sequenced), model
berbagi pendapat atau panduan (shared), model jaring laba-laba (webbed),
model bergalur (threaded),
model terpadu (integrated),
model terbenam (immersed), dan model jaring-jaring (networked).
Adapun masing-masing model menurut Murfiah (2017:75-78) dijabarkan sebagai
berikut:
1.
Model satu arah (fragmented) merupakan model dengan pembelajaran disusun secara terpisah
pada jam yang berbeda-beda dan
terbatas pada satu mata pelajaran saja.
2.
Model urutan atau
tahapan (sequenced) adalah memadukan dua bidang studi yang pokok
bahasaannya mempunyai kesamaan dan keterkaitan dan saling mendukun bidn studi
satu sama lain.
3.
Model jaring-jaring
(networked), merupakan model
pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk
pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa
mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang
berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara
terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan
kenyataan yang dihadapi siswa.
4. Model berbagi
pendapat atau panduan (shared), merupakan bentuk
pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang
tindih konsep atau ide pada dua mata pelajaran
atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PKn
misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam tata negara, dan
sebainya.
5.
Model bergalur (threaded) merupakan keterpaduan dalam bentuk metakurikulum yang
diumpamakan sebagai kaca pembesar, yaitu dengn cara memperbanyak seluruh isi
melalui pendekatan metakurikuler, misalnya: melakukan prediksi dan
estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi
terhadap cerita dalam novel.
6. Model terbenam (immersed) mempunyai pandangan sangat pribadi sifatnya, karena
seluruh materi disaring lewat lensa kepentingan siswa dan tenggelam dalam
pengalaman pribadi.
7. Model terhubung (connected) mengarah pada memadukan hubungan antara konsep-konsep,
keterampilan, tugas dalam satu pelajaran, antara semester yang satu dengan
semester yang lain.
8. Model sarang atau
kacamata (nested) merupakan pemaduan
berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan
pembelajaran. Keterampilan belajar tersebut
meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan
mengorganisir.
9. Model terpadu (integrated), menggunakan pendekatan
antar mata pelajaran dengan menggabungkan mata pelajaran (interdisipliner),
menetapkan prioritas materi pembelajaran dan keterampilan didalam beberapa mata
pelajaran.
10. Model jaring
laba-laba (webbed) dengan cara menentukan tema sentral atau topik terlebih
dahulu dikaitkan dengan subtema dari berbagai bidang studi terkait.
Gambar
2.1 Model Pembelajaran Terpadu
Sumber: alkhanima.blogspot.com
Berdasarkan model pembelajaran terpadu, Indonesia memilih
tiga model untuk dikembangkan (Permendiknas No. 57 Tahun 2014 Lampiran III)
yaitu model jaring laba-laba (webbed),
model terhubung (connected), dan
model terpadu (integrated).
G.
Penerapan
Pembelajaran Terpadu
Dalam pelaksanan pembelajarn terpadu, menurut Siti Aisyah (2007:26) pelaksanaan
pembelajaran terpadu harus bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan
dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Hal ini karena pembelajaran
terpadu lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau
mengarahkan anak secara aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan
pembuatan keputusan.
Penerapan
pembelajaran terpadu (tematik integratif) perlu ditetapkan wilayah
keterpaduannya, apakah dalam satu mata pelajaran, multi mata pelajaran, antar mata
pelajaran atau trans mata pelajaran. Persiapan, monitoring, supervisi dan
evaluasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan untuk
memastikan keefektifan dan keefisienannya.
Oleh karena tugas utama para guru adalah membantu
mengobtimalkan perkembangan anak melalui kegiatan pembelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak karena berbagai perkembangan yang
dialami oleh anak pada umumnya diperoleh memalui proses belajar. Implikasinya
adalah guru harus mampu selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan anak,
memilih dan menentukan cara belajar, dan
mengajaryang dapat memberikan hasil optimal dan mengembangakan pelaksanaan
proses pembelajaran.
Pembelajaran terpadu akan membentu menciptakan kesempatan yang luas bagi
anak untuk membangun konsep-konsep dilingkungannya yang saling berkaitan dan
saling memahami masalah yang ada dilingkungannya dengan pandangan yang utuh. Sehingga, proses dalam pencapaian kompetensi
anak sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan perilaku anak. Melalui
pembelajaran ini diharapkan dapat terbentuk tingkah laku dan potensial setiap
anak menuju kedewasaan, baik fisik, mental atau intelektual, moral maupun
sosial.
H.
KESIMPULAN
Pembelajaran
terpadu merupakan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan keterkaitan inter
dan antar bidang
studi. Dalam melaksanakan pembelajaran terpadu, perlu memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi objektif dan kebutuhan peserta didik
untuk mewujudkan praktik keterpaduan belajarnya.
Karaktreristik
pembelajaran terpadu adalah berpusat
pada anak yang memberikan pengalaman langsung sehingga membantu anak memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Landasan dan prinsip
pembelajaran terpadu tentunya berkitan
dengan kebutuhan dari setiap apa yang menjadi cita-cita dalam pembangunan
pendidikan. Prinsip ini berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat atau
berkaitan dengan budaya yang terdapat disuatu daerah.
Model pembelajaran terpadu ada sepuluh macam diantaranya: model satu arah, model
terhubung, model
sarang, model urutan atau tahapan, model berbagi pendapat atau panduan,
model jaring laba-laba,
model bergalur, model terpadu, model terbenam, dan
model jaring-jaring. Adapun penerapan
pembelajaran terpadu harus bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih
dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Hal ini karena
pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses
belajar atau mengarahkan anak secara aktif untuk terlibat dalam proses
pembelajaran dan pembuatan keputusan.
I.
SARAN
Guru
yang baik seharusnya selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai model-model pembelajaran sehingga pembelajaran tidak
membosankan dan pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik serta
bermakna bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment