PETA KONSEP
1.
Teori
Modernisasi
Arief Budiman, (1994: 18) Teori
Moderenisasi merupakan teori yang menjelaskan kemiskinan ini terutama
disebabkan oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di
dalam negeri negara yang bersangkutan.
Secara teoritik, Teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor
internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara
Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam
keterbelakangan.
Teori
modernisasi beranggapan bahwa kesalahan terletak pada negara-negara yang
terbelakang tersebut. Keterbelakangan adalah akibat dari keterlambatan
negara-negara tersebut melakukan modernisasi dirinya. Hubungan internasional
dalam arti kontak dengan dunia luar bahkan dianggap membantu negara-negara ini,
khususnya dalam pengenalan nilai-nilai modern, pemberian modal, pendidikan dan
transfer teknologi (Arief
Budiman, 1994:41).
2.
Teori
Struktural
Arief Budiman, (1994: 41) teori ini
menolak jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi. Teori struktural
berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di negara-negara dunia ketiga yang
mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur
perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat melakukan
eksploitasi terhadap yang lemah. Maka, surplus dari negara-negara dunia ketiga
beralih ke negara-negara industri maju.
Menurut
teori struktural perdagangan dunia yang bebas justru merupakan wadah praktek eksploitasi ini perdagangan dunia
yang bebas dapat diibaratkan sebagai persaingan antara dua tim sepakbola. Tim
yang sukses dan lebih kaya, pada akhirnya akan membeli pemain-pemain terbaik
dari tim yang lemah. Akibatnya, tim yang lemah bukan saja dikalahkan dalam
persaingan, tetapi juga akan terus mundur dan akhirnya hancur, karena
unsur-unsur yang paling potensial bagi tim ini untuk maju direbut oleh tim yang
lebih kuat.
Teori
Struktural merupakan teori yang memakai pendekatan struktural yaitu menekankan
lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta sistem
imbalan-imbalan yang metrial yang diberikannya, perubahan-perubahan pada
lingkungan material manusia termasuk perubahan teknologi. Lingkungan material
ini dianggap sebagai faktor yang lebih penting daripada keadaan psikologi dan
nilai-nilai kemasyarakatan yang ada dalam mempengaruhi tingkahlaku manusia (Arief Budiman (1994: 42). Dengan demikian dalam
menjelaskan tingkah laku manusia dan gejala atau proses sosial yang terjadi,
teori struktural mencari faktor-faktor lingkungan material manusia sebagai
faktor yang menyebabkannya.
Dalam
salah satu karyanya Marx dan Engels pernah menyatakan bahwa masa depan dari
negara-negara terbelakang dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Itu
berarti bahwa, seperti halnya teori modernisasi, Marx dan Engels mengikuti juga
pandangan perkembangan unilinier dari proses pembangunan negara-negara di dunia
ini. Negara-negara yang sekarang terbelakang dimasa depan akan seperti
negara-negara maju sekarang (Arief Budiman, 1994:43).
Marx
dan Engels menjelaskan sebagai berikut: melalui kemajuan teknologi dalam segala
bidang, maka teknik produksi akan menjadi semakin canggih dan murah. Juga
teknologi komunikasi makin berkembang, sehingga tidak bisa dihindari terjadinya
hubungan antara negara-negara maju dan negara-negara terbelakang barang-barang
murah dari negara maju tidak akan mampu ditolak oleh negara-negara terbelakang
yang teknik produksinya masih ketinggalan jaman. Karena itu, semua negara akan terpaksa
memakai cara berproduksi kaum borjuis. Kalau tidak, mereka akan hancur.
Perkembangan kebudayaan berarti berkembangnya budaya kaum borjuasi ini.
Perkataan kaum borjuis menciptakan dunia ini sesuai dengan apa yang
dibayangkanya.
Oleh
karena itu, tidak bisa dihindarkan lagi semua negara-negara didunia akan
menjadi negara kapitalis. Semua borjuais didunia akan menindas kaum buruh.
Karena itulah marx menyerukan supaya kaum buruh diseluruh dunia bersatu untuk
menggulingkan sang penindas, karena kaum buruh (yang sudah sangat miskin dan
tidak punya apa-apa lagi) tidak akan kehilangan apapun kecuali belenggu
(kemiskinan) yang merantai dirinya.
Karena
itu, salah satu kelompok teori yang tergolong kedalam teori struktural, yakni
teori ketergantungan, lahir dari dua induk.induk yang pertama adalah seorang
ahli ekonomi liberal: Raul Prebisch. Induk keduanya adalah teori-teori Marxis tentang imperalisme dan
kolonialisme,serta seorang pemikir Marxis yang merevisi pandangan Marxis
tentang cara produksi Asia, yakni Paul Baran. Kedua induk ini adalah para
pemikir pendahulu dari teori ketergantungan (Arief Budiman, 1994:44).
3.
KESIMPULAN
Yang
melatarbelakangi teori ketergantungan adalah teori Moderenisasi dan teori
Struktural. Dimana teori Moderenisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara
Dunia Ketiga karena faktor internal di
negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga
tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Sedangkan
Teori Struktural melihat keterbelakangan yang terjadi karena kemiskinan yang
terdapat di negara Dunia Ketiga yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian
adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif,
dimana yang kuat melakukan eksploitasi terhadap yang lemah, maka surplus dari
negara-negara Dunia Ketiga beralih ke negara-negara industri maju sehingga
perdagangan dunia yang bebas justru merupakan wadah untuk praktek eksploitasi
ini. Teori ini berpendapat bahwa yang melatarbelakangi keterbelakangan adalah
faktor eksternal.
Daftar Pustaka
Budiman,
Arief. 1994. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Utama
No comments:
Post a Comment