Sumber: alchetron.com
1.
BIOGRAFI
GEORGE C. HOMANS
Pemilik
nama lengkap George Casper Homans dikenal sebagai tokoh sosiologi dari Amerika
Serikat. Homans merupakan pendiri sosiologi perilaku dan pencetus teori
pertukaran sosial. Homans lahir di Boston, Massachusetts, 11 Agustus 1910. Homans
adalah putra dari Robert dan Abigail (Adams) Homans[1]. Roberts
Homans adalah seorang pengacara dan anggota Harvard Corporation. Ia adalah
cicit dari John Quincy Adams, Presiden keenam Amerika Serikat dan cucu John
Adam Presiden kedua Amerika Serikat. The Homanses berasal dari garis keturunan
dokter terkemuka. Jadi, George Casper Homans lahir dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang kaya raya. Homans memiliki seorang istri bernama Nancy Cooper
yang dinikahi tahun 1941 dan menjadi pasangan seumur hidupnya.
Homans
belajar di sekolah swasta yang cukup bergengsi di Concord, New Hampshire yakni
St. Paulus. Ia mengawali pendidikan tinggi di Harvard University tahun
1928 dengan konsentrasi bidang Sastra Inggris dan Amerika. Setelah lulus, tahun
1932 Homans meniti karir sebagai wartawan. Berhenti sebagai wartawan, Homans
menganggur dan mengalami depresi, tetapi karena keuangannya cukup baik Homans
tidak mengalami kebangkrutan.
Ketertarikannya
pada sosiologi bermula saat Ia mengikuti seminar Prof. Lawrence J. Henderson
seorang ahli Psikologi asal Harvad tentang Teori Pareto mengenai struktur
sosial masyarakat prancis. Sebagai bentuk ketertarikannya pada Teori Pareto,
Homan bersama Charles Curtis berhasil menulis makalah dan dijadikan buku
berjudul An Introductions to Pareto
tahun 1934 berisi mengapa sosiologi Amerika sangat konservatif dan anti-Marxis.
Homans
mengajar sosiologi di Harvard dari tahun 1946-1971, sampai akhirnya ia pensiun
mengajar di Universitas Harvard pada tahun 1980. [2]Ia
kemudian menjadi dosen tamu di University of Manchester pada tahun 1953, di
Cambridge University 1955-1956, dan di University of Kent pada tahun 1967.
Homans terkenal karena penelitiannya dalam perilaku sosial dan karya-karyanya seperti Human Group, Social Behavior; Its Elementary Forms. Berdasarkan tulisan teoritis, Homans menjadi seorang mayor teori dan tahun 1964 terpilih menjadi Presiden Asosiasi Sosiologi Amerika. Ia pensiun mengajar di tahun 1970. Meskipun George C. Homans menjadi tokoh sosiologi terkemuka pada masanya, tetapi ia tidak pernah memperoleh gelar Ph.D[3]. Homans meninggal pada 29 Mei 1989 diusianya yang ke-78 tahun di Cambridge, Massachusetts, Amerika.
2.
ESENSE
TEORI PERTUKARAN PERILAKU
Sebagai
makhluk individu dan sosial, manusia menunjukkan tingkah laku tertentu, yang saling mempengaruhi antara
individu yang satu dengan individu yang lain. Sikap saling mempengaruhi
tersebut memunculkan perilaku sosial tertentu yang menghiasi pola interaksi
tingkah laku setiap
individu. Perilaku sosial seseorang akan ditampilkan apabila
berinteraksi dengan orang lain.
Perilaku sosial adalah perilaku
yang secara khusus ditujukan kepada orang
lain[4],
artinya perilaku sosial ini adalah perilaku yang relatif menetap diperlihatkan oleh individu di dalam
berinteraksi dengan individu lain. Menurut Max Weber
perilaku mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan
masalah-masalah[5].
Skinner mengemukakan bahwa perilaku dibedakan menjadi perilaku yang alami (dibawa
sejak lahir berupa insting) dan perilaku operan (dibentuk melalui proses
belajar).
Perilaku
sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sosial, baik lingkungan
masyarakat, sekolah, dan lingkungan keluarga. Apabila lingkungan sosial
tersebut memfasilitasi perkembangan individu secara positif, maka individu
dapat mencapai perkembangan atau perilaku sosial secara matang. Begitupun
sebaliknya, apabila lingkungan tersebut negatif, maka individu cenderung
menampilkan perilaku sosial yang menyimpang.
Dalam
karyanya The Human Group (1950),
Homans memaparkan perilaku sosial manusia berkaitan dengan masalah psikologis,
berkaitan dengan hubungan timbal balik atau pertukaran (stimulus dan respon). Pertukaran sosial menurut Homans mirip seperti
transaksi ekonomi dimana orang menyediakan barang dan jasa, sebagai imbalannya
adalah memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Tetapi, pertukaran sosial
tidak hanya diukur dengan uang saja, karena hal yang ditukar adalah hal-hal
yang tidak nyata atau tidak memiliki wujud.
Menurut
Homans semua masyarakat terorganisir ke dalam sistem sosial terkecil yaitu
kelompok. Ia menantang karya sosiologi klasik yakni Emile Durkheim. Menurut Durkheim
sosiologi adalah disiplin ilmu yang bebas dan fakta sosiologis tidak bisa
dijelaskan oleh psikologi. Homans menyangkal pemikiran tersebut dengan
menyatakan bahwa semua penjelasan perilaku sosial menyangkut masalah
psikologis.
Asumsi
pertukaran sosial yakni orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran
dan atau menghindari hukuman. Stimulus dan respon sangat berpengaruh dalam
teori ini. Misalnya seorang bekerja dalam sebuah instansi tidak hanya
mengharapkan ganjaran berupa upah kerja, tetapi juga ganjaran (reward) berupa
kesenangan, persahabatan, jabatan, dan kepuasan kerja.
Homans
menjelaskan proses pertukaran dengan lima proposisi yaitu proposisi sukses,
stimulus, nilai, deprivasi satiasi, dan restu agresi. Dalam merumuskan
proposisi-proposisi tersebut ia mencoba saling mengkaitkan proposisi itu dalam
sebuah teori pertukaran sosial[6].
a.
Proposisi Sukses
Seseorang cenderung
melakukan hal yang sama ketika memperoleh penghargaan yang diharapkan. Proposisi
ini mengatakan “semakin sering tindakan tertentu diberi penghargaan, maka seseorang
semakin sering melakukan tindakan tersebut”.
Misalnya, seorang mahasiswa mendapat beasiswa satu semester karena nilai
bagus (karena belajar), maka ia akan belajar dengan giat untuk mendapat
beasiswa semester berikutnya.
b.
Proposisi Stimulus
Jika penghargaan yang
diperoleh seseorang sebelumnya sesuai dengan apa yang diharapkan, maka ia
cenderung (lebih sering) melakukan stimulus serupa pada masa ini atau masa yang
akan datang. Contoh, seorang mahasiswa mendapat nilai bagus karena belajar
bersama teman-temannya, maka di ujian berikutnya ia akan belajar bersama
temannya lagi. Mahasiswa tersebut merasakan
manfaat dari belajar bersama sebelum ujian. Contoh lain, seseorang merasa puas
belanja di pasar tradisional karena harganya jauh lebih murah, maka pada
kesempatan berikutnya, orang tersebut akan memilih berbelanja di pasar
tradisional lagi. Hal ini juga terjadi walaupun di tempat yang berbeda tetapi
sama-sama pasar tradisional.
c.
Proposisi Nilai
Semakin bernilai tindakan
seseorang bagi dirinya, maka makin besar kemungkinan ia untuk melakukan
tindakan tersebut[7].
Proposisi ini, penentu dari tindakan seseorang adalah nilai atau penghargaan
dari yang akan diterima.
Sebagai
contoh, mahasiswa menganggap bahwa ia mempunyai kesempatan untuk menonton
konser favoritnya dan di saat yang sama ia harus mengenyampingkan
perkuliahannya karena ia masih dapat kuliah di hari yang lain. Ini artinya ia
menganggap mana yang lebih penting kuliah atau menikmati konser yang
menyenangkan.
d.
Proposisi
Deprivasi Satiasi (Kejenuhan-Kerugian)
Proposisi ini
menjelaskan bahwa semakin sering seorang menerima penghargaan (yang sama) dari
orang lain, maka semakin berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan
berikutnya. Misalnya, ucapan terima kasih yang diucapkan pertama kali memiliki
nilai lebih tinggi dari pada ucapan terima kasih yang diucapkan kedua kalinya,
ketiga kalinya, dan seterusnya. Contoh lainnya, seseorang anak ulang tahun
mendapat hadiah yang sama dari orang tuanya, hadiah tersebut terus menerus sama
di ulang tahun berikutnya. Dalam hal ini akan ada kejenuhan.
e.
Proposisi
Restu Agresi (persetujuan agresi)
Ada dua proposisi yang ditawarkan Homans[8], yaitu; Proposisi 1: saat seseorang tidak mendapatkan penghargaan yang diharapkan dan menerima hukuman atas tindakan yang dilakukan (hukuman tentu tidak pernah diharapkan), maka orang tersebut akan cenderung melakukan tindakan agresi dan tindakan itu akan lebih berharga baginya. Contoh, ketika anak kecil tidak diperbolehkan membeli permen oleh ibunya, anak kecil tersebut akan menangis dan marah-marah, baginya tindakanya lebih berharga karena dengan cara seperti itu ibunya pasti akan mengizinkan ia membeli permen. Proposisi 2: ketika tindakan seseorang menerima penghargaan yang dia harapkan, khususnya suatu penghargaan yang lebih besar daripada yang dia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang dia harapkan, dia akan merasa senang; dia menjadi lebih mungkin melaksanakan perilaku menyetujui, dan hasil dari perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya.
Teori
pertukaran sosial berangkat dari asumsi do ut des ‘saya memberi
supaya engkau memberi’. Semua kontak atau interaksi yang terjadi di antara
manusia dilandasi oleh skema memberi dan mendapatkan kembali dalam jumlah yang
sama[9]. Menurut
teori pertukaran sosial, tindakan sosial yang dilakukan oleh seseorang tidak
pernah sia-sia, selalu ada sesuatu yang diharapkan dari tindakan yang dilakukan.
Berbeda dengan prinsip ekonomi, di dalam ilmu sosial, yang diharapkan tidak
selalu materi tetapi bisa juga suatu hal yang abstrak.
Dalam
kehidupan bersama, manusia selalu membutuhkan satu sama lain. Dengan predikat
makhluk sosial, manusia membutuhkan manusia lain untuk hidup bermasyarakat. Dalam
kehidupan bersama ini terjadi sistem pertukaran dalam segala aspek kehidupan
baik berupa pertukaran ekonomi maupun sosial. Tindakan dalam pertukaran tersebut
akan berhenti apabila tidak ada tanggapan atau timbal balik. Dalam arti harus
ada reward (timbal balik) dalam
hubungan antara individu dengan individu maupun kelompok yang saling
dipertukarkan didalamnya sehingga membantu dan mempertahankan suatu ikatan
diantara keduanya. Sistem pertukaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang atau jasa.
[1] Sneha Girap. 2022.
George C. Homans. https://alchetron.com/George-C-Homans. Diakses pada 5 Juni
2022
[2]
Umar. 2017. Pendekatan
Social Exchangeperspekstif George C. Homans. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman
dan Kemanusiaan, Vol.I No. 1 April 2017: 97-111
[3] Ritzer, George.
(2012). Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[4]
Shokhibul Mighfar. Social
Exchange Theory: Telaah Konsep George C. Homans Tentang Teori Pertukaran
Sosial. Jurnal Lisan Al-Hal. Volume 9,
No. 2 Desember 2015
[5]
Wardi Bacthiar, Sosiologi
Klasik Dari Comte hingga Parsons. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2010),hlm.268-269.
[6]
Poloma,
Margareth M, 2000. Sosiologi Kotemporer. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
[7] Ritzer, George. 2012. Teori
Sosiologi dari Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
[8] Tanti Candra. 2018. Korupsi dan
Pertukaran Sosial di Indonesia. SANGLAH INSTITUTE.
(online) https://www.sanglah-institute.org/ (diakses pada 20 Juli 2022)
[9] Raho, Bernard.
2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka