Thursday, July 28, 2022

Teori Pertukaran Perilaku George Casper Homans


Sumber: alchetron.com 

1.             BIOGRAFI GEORGE C. HOMANS

Pemilik nama lengkap George Casper Homans dikenal sebagai tokoh sosiologi dari Amerika Serikat. Homans merupakan pendiri sosiologi perilaku dan pencetus teori pertukaran sosial. Homans lahir di Boston, Massachusetts, 11 Agustus 1910. Homans adalah putra dari Robert dan Abigail (Adams) Homans[1]. Roberts Homans adalah seorang pengacara dan anggota Harvard Corporation. Ia adalah cicit dari John Quincy Adams, Presiden keenam Amerika Serikat dan cucu John Adam Presiden kedua Amerika Serikat. The Homanses berasal dari garis keturunan dokter terkemuka. Jadi, George Casper Homans lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kaya raya. Homans memiliki seorang istri bernama Nancy Cooper yang dinikahi tahun 1941 dan menjadi pasangan seumur hidupnya.

Homans belajar di sekolah swasta yang cukup bergengsi di Concord, New Hampshire yakni St. Paulus. Ia mengawali pendidikan tinggi di Harvard University tahun 1928 dengan konsentrasi bidang Sastra Inggris dan Amerika. Setelah lulus, tahun 1932 Homans meniti karir sebagai wartawan. Berhenti sebagai wartawan, Homans menganggur dan mengalami depresi, tetapi karena keuangannya cukup baik Homans tidak mengalami kebangkrutan.

Ketertarikannya pada sosiologi bermula saat Ia mengikuti seminar Prof. Lawrence J. Henderson seorang ahli Psikologi asal Harvad tentang Teori Pareto mengenai struktur sosial masyarakat prancis. Sebagai bentuk ketertarikannya pada Teori Pareto, Homan bersama Charles Curtis berhasil menulis makalah dan dijadikan buku berjudul An Introductions to Pareto tahun 1934 berisi mengapa sosiologi Amerika sangat konservatif dan anti-Marxis.

Homans mengajar sosiologi di Harvard dari tahun 1946-1971, sampai akhirnya ia pensiun mengajar di Universitas Harvard pada tahun 1980. [2]Ia kemudian menjadi dosen tamu di University of Manchester pada tahun 1953, di Cambridge University 1955-1956, dan di University of Kent pada tahun 1967.

Homans terkenal karena penelitiannya dalam perilaku sosial dan karya-karyanya seperti Human Group, Social Behavior; Its Elementary Forms. Berdasarkan tulisan teoritis, Homans menjadi  seorang  mayor  teori  dan  tahun  1964  terpilih  menjadi Presiden Asosiasi Sosiologi Amerika. Ia pensiun mengajar di tahun 1970. Meskipun George C. Homans menjadi tokoh sosiologi terkemuka pada masanya, tetapi ia tidak pernah memperoleh gelar Ph.D[3]. Homans meninggal pada 29 Mei 1989 diusianya yang ke-78 tahun di Cambridge, Massachusetts, Amerika.

2.             ESENSE TEORI PERTUKARAN PERILAKU

Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia menunjukkan tingkah  laku tertentu, yang saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Sikap saling mempengaruhi tersebut memunculkan perilaku sosial tertentu yang  menghiasi pola  interaksi  tingkah  laku  setiap  individu. Perilaku sosial seseorang akan ditampilkan apabila berinteraksi  dengan orang  lain.

Perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang  lain[4], artinya perilaku sosial ini adalah perilaku yang relatif menetap  diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi dengan individu lain. Menurut Max Weber perilaku mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah[5]. Skinner mengemukakan bahwa perilaku dibedakan menjadi perilaku yang alami (dibawa sejak lahir berupa insting) dan perilaku operan (dibentuk melalui proses belajar).

Perilaku sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sosial, baik lingkungan masyarakat, sekolah, dan lingkungan keluarga. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi perkembangan individu secara positif, maka individu dapat mencapai perkembangan atau perilaku sosial secara matang. Begitupun sebaliknya, apabila lingkungan tersebut negatif, maka individu cenderung menampilkan perilaku sosial yang menyimpang.

Dalam karyanya The Human Group (1950), Homans memaparkan perilaku sosial manusia berkaitan dengan masalah psikologis, berkaitan dengan hubungan timbal balik atau pertukaran (stimulus dan respon).  Pertukaran sosial menurut Homans mirip seperti transaksi ekonomi dimana orang menyediakan barang dan jasa, sebagai imbalannya adalah memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Tetapi, pertukaran sosial tidak hanya diukur dengan uang saja, karena hal yang ditukar adalah hal-hal yang tidak nyata atau tidak memiliki wujud.

Menurut Homans semua masyarakat terorganisir ke dalam sistem sosial terkecil yaitu kelompok. Ia menantang karya sosiologi klasik yakni Emile Durkheim. Menurut Durkheim sosiologi adalah disiplin ilmu yang bebas dan fakta sosiologis tidak bisa dijelaskan oleh psikologi. Homans menyangkal pemikiran tersebut dengan menyatakan bahwa semua penjelasan perilaku sosial menyangkut masalah psikologis.

Asumsi pertukaran sosial yakni orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran dan atau menghindari hukuman. Stimulus dan respon sangat berpengaruh dalam teori ini. Misalnya seorang bekerja dalam sebuah instansi tidak hanya mengharapkan ganjaran berupa upah kerja, tetapi juga ganjaran (reward) berupa kesenangan, persahabatan, jabatan, dan kepuasan kerja.

Homans menjelaskan proses pertukaran dengan lima proposisi yaitu proposisi sukses, stimulus, nilai, deprivasi satiasi, dan restu agresi. Dalam merumuskan proposisi-proposisi tersebut ia mencoba saling mengkaitkan proposisi itu dalam sebuah teori pertukaran sosial[6].

a.              Proposisi Sukses

Seseorang cenderung melakukan hal yang sama ketika memperoleh penghargaan yang diharapkan. Proposisi ini mengatakan “semakin sering tindakan tertentu diberi penghargaan, maka seseorang semakin sering melakukan tindakan tersebut”.  Misalnya, seorang mahasiswa mendapat beasiswa satu semester karena nilai bagus (karena belajar), maka ia akan belajar dengan giat untuk mendapat beasiswa semester berikutnya.

b.             Proposisi Stimulus

Jika penghargaan yang diperoleh seseorang sebelumnya sesuai dengan apa yang diharapkan, maka ia cenderung (lebih sering) melakukan stimulus serupa pada masa ini atau masa yang akan datang. Contoh, seorang mahasiswa mendapat nilai bagus karena belajar bersama teman-temannya, maka di ujian berikutnya ia akan belajar bersama temannya lagi.  Mahasiswa tersebut merasakan manfaat dari belajar bersama sebelum ujian. Contoh lain, seseorang merasa puas belanja di pasar tradisional karena harganya jauh lebih murah, maka pada kesempatan berikutnya, orang tersebut akan memilih berbelanja di pasar tradisional lagi. Hal ini juga terjadi walaupun di tempat yang berbeda tetapi sama-sama pasar tradisional.

c.              Proposisi Nilai

Semakin bernilai tindakan seseorang bagi dirinya, maka makin besar kemungkinan ia untuk melakukan tindakan tersebut[7]. Proposisi ini, penentu dari tindakan seseorang adalah nilai atau penghargaan dari  yang akan diterima.

Sebagai contoh, mahasiswa menganggap bahwa ia mempunyai kesempatan untuk menonton konser favoritnya dan di saat yang sama ia harus mengenyampingkan perkuliahannya karena ia masih dapat kuliah di hari yang lain. Ini artinya ia menganggap mana yang lebih penting kuliah atau menikmati konser yang menyenangkan.

d.             Proposisi Deprivasi Satiasi (Kejenuhan-Kerugian)

Proposisi ini menjelaskan bahwa semakin sering seorang menerima penghargaan (yang sama) dari orang lain, maka semakin berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya. Misalnya, ucapan terima kasih yang diucapkan pertama kali memiliki nilai lebih tinggi dari pada ucapan terima kasih yang diucapkan kedua kalinya, ketiga kalinya, dan seterusnya. Contoh lainnya, seseorang anak ulang tahun mendapat hadiah yang sama dari orang tuanya, hadiah tersebut terus menerus sama di ulang tahun berikutnya. Dalam hal ini akan ada kejenuhan.

e.              Proposisi Restu Agresi (persetujuan agresi)

Ada dua proposisi yang ditawarkan Homans[8], yaitu; Proposisi 1: saat seseorang tidak mendapatkan penghargaan yang diharapkan dan menerima hukuman atas tindakan yang dilakukan (hukuman tentu tidak pernah diharapkan), maka orang tersebut akan cenderung melakukan tindakan agresi dan tindakan itu akan lebih berharga baginya. Contoh, ketika anak kecil tidak diperbolehkan membeli permen oleh ibunya, anak kecil tersebut akan menangis dan marah-marah, baginya tindakanya lebih berharga karena dengan cara seperti itu ibunya pasti akan mengizinkan ia membeli permen. Proposisi 2: ketika tindakan seseorang menerima penghargaan yang dia harapkan, khususnya suatu penghargaan yang lebih besar daripada yang dia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang dia harapkan, dia akan merasa senang; dia menjadi lebih mungkin melaksanakan perilaku menyetujui, dan hasil dari perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya.

Teori pertukaran sosial berangkat dari asumsi do ut des ‘saya memberi supaya engkau memberi’. Semua kontak atau interaksi yang terjadi di antara manusia dilandasi oleh skema memberi dan mendapatkan kembali dalam jumlah yang sama[9]. Menurut teori pertukaran sosial, tindakan sosial yang dilakukan oleh seseorang tidak pernah sia-sia, selalu ada sesuatu yang diharapkan dari tindakan yang dilakukan. Berbeda dengan prinsip ekonomi, di dalam ilmu sosial, yang diharapkan tidak selalu materi tetapi bisa juga suatu hal yang abstrak.

Dalam kehidupan bersama, manusia selalu membutuhkan satu sama lain. Dengan predikat makhluk sosial, manusia membutuhkan manusia lain untuk hidup bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini terjadi sistem pertukaran dalam segala aspek kehidupan baik berupa pertukaran ekonomi maupun sosial. Tindakan dalam pertukaran tersebut akan berhenti apabila tidak ada tanggapan atau timbal balik. Dalam arti harus ada reward (timbal balik) dalam hubungan antara individu dengan individu maupun kelompok yang saling dipertukarkan didalamnya sehingga membantu dan mempertahankan suatu ikatan diantara keduanya. Sistem pertukaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang atau jasa.

 



[1] Sneha Girap. 2022. George C. Homans. https://alchetron.com/George-C-Homans. Diakses pada 5 Juni 2022

[2] Umar. 2017. Pendekatan Social Exchangeperspekstif George C. Homans. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol.I No. 1 April 2017: 97-111

[3] Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

[4] Shokhibul Mighfar. Social Exchange Theory: Telaah Konsep George C. Homans Tentang Teori Pertukaran Sosial. Jurnal Lisan  Al-Hal. Volume 9, No.  2 Desember 2015

 

[5] Wardi Bacthiar, Sosiologi Klasik Dari Comte hingga Parsons. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010),hlm.268-269.

 

[6] Poloma, Margareth M, 2000. Sosiologi Kotemporer. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.

[7] Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

[8] Tanti Candra. 2018. Korupsi dan Pertukaran Sosial di Indonesia. SANGLAH INSTITUTE.  (online) https://www.sanglah-institute.org/ (diakses pada 20 Juli 2022)

 

[9] Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka