1 HAKIKAT POLA ASUH ORANG TUA
Keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui seorang anak sejak mereka lahir ke dunia.
Lingkungan keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Di dalam keluarga, hubungan
antara anak dengan kedua
orangtuanya merupakan hubungan timbal balik dimana terdapat interaksi di
dalamnya. Di dalam
interaksi tersebut terselip pola asuh orang tua yang merupakan sekolah pertama
bagi seorang anak.
Kurniawan[1]
(2014:80) menyebutkan pola
asuh orang tua adalah “Pola
interaksi antara anak dengan orang tua, yang mencakup pemenuhan kebutuhan fisik
(seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan nonfisik (seperti perhatian,
empati, kasih sayang dan sebagainya)”. Sejalan dengan pendapat tersebut Baswedan[2]
(2015:102) berpendapat bahwa “Pola
asuh orang tua merupakan bentuk dasar interaksi antara orang tua dengan anaknya
dalam rangka memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, dan mengadakan
sosialisasi bagi anak-anaknya”. Lain
halnya dengan Havighurst (Baswedan, 2015:102) mengemukakan
“Pola asuh orang tua
adalah cara-cara pengaturan tingkah laku anak yang dilakukan oleh orang tuanya
sebagai wujud dari tanggung jawab dalam pembentukan kedawasaan diri anak”.
Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan
sebuah interaksi antara orang tua (ayah dan ibu) dengan anaknya
dalam rangka memenuhi kebutuhan anak baik
fisik maupun nonfisik, mendidik, melindungi, bersosialisasi, serta menanamkan
nilai, moral, tanggungjawab
dan kepercayaan orang tua dalam
rangka pembentukan kedewasaan seorang anaknya.
2.
BENTUK-BENTUK
POLA ASUH ORANG
TUA
a.
Pola
Asuh Permisif
sumber : https://lifestyle.okezone.com/ |
Menurut Kurniawan (2014:81) pola asuh permisif adalah “Jenis pola mengasuh anak yang acuh tak acuh terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan, seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas, dan sebagainya”. Sejalan dengan pendapat di atas, Menurut Wangi[3] (2005:35) pola asuh permisif adalah “Orang tua serba memperbolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti keingginannya. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh orang tua yang banyak memberikan kelonggaran atau kebebasan kepada anak dalam memilih atau menentukan sesuatu, serta kurangnya waktu orang tua dalam mengontrol dan membimbing anaknya. Pola asuh anak orang tua seperti ini, diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan bergitu, anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orang tua dengan pola asuh seperti ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya, baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
b.
Pola
Asuh Otoriter
sumber: https://www.klikdokter.com/ |
Kurniawan (2014:81) menyatakan bahwa, pola asuh otoriter adalah “Pola pengasuhan anak yang bersifat permaksaan, keras, dan kaku dimana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya”. Asmani[4] (2012:55) menyatakan bahwa “Pola asuh otoriter adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan keras dan kaku. Semua perintah yang dikatakan orang tua harus dituruti oleh anaknya. Adapun yang dikatakan orang tua harus dianggap benar oleh anaknya”. Menurut Wangi (2005:35) “pola asuh otoriter menggunakan pendekatan yang memaksa kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menurut orang tua. Kemudian orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang keras, mudah emosi dan marah, serta selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak. Pola asuh orang tua seperti ini, hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang tua yang telah membesarkannya. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter biasanya tidak bahagia, selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua, dan lain-lain.
c.
Pola
Asuh Demokratis
sumber: https://www.psychologymania.com/ |
Pola asuh demokratis menurut Kurniawan (2014:82) merupakan “Pola asuh orang tua pada anak yang memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wibowo[5] (2012:77) menyatakan bahwa “Pola asuh demokratis adalah orang tua memberikan kebebasan kepada putra-putrinya untuk berpendapat dan menentukan masa depannya”.
Dapat dikesimpulan bahwa pola
asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang memberikan kebebasan kepada
anak untuk berpendapat, menentukan pilihan, dan juga ikut berpartisipasi. Namun, selalu ada pengawasan yang baik dari orang tua
terhadap anaknya. Pola asuh ini adalah pola asuh yang
cocok dan baik untuk diterapkan para orang tua kepada anaknya. Anak yang diasuh
dengan teknik asuhan demokratis akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif,
cerdas, percaya diri, terbuka pada orang, menghargai dan menghormati orang, tidak
mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat,
dan lain-lain.
3. CIRI-CIRI POLA ASUH ORANG TUA
a.
Pola
Asuh Permisif
Menurut Wibowo (2012:77) pola asuh permisif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak;
- Dominasi pada anak;
- Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua;
- Tidak ada bimbingan atau pengarahan dari orang tua;
- Kontrol dan perhatian
orang tua terhadap anak sangat kurang, bahkan tidak ada.
Selain
itu, menurut Hurlock (dalam Baswedan, 2015:103) “ciri-ciri pola asuh permisif
adalah adanya sikap yang longgar atau bebas dari orang tua. Orang tua tidak
banyak mengatur, tidak banyak mengontrol, dan juga tidak banyak membimbing.
Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri”.
b.
Pola
Asuh Otoriter
Menurut
Wibowo (2012:76-77) pola asuh otoriter mempunyai ciri utamanya yakni orang tua membuat hampir
semua keputusan, sementara sang anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh
bertanya apalagi membantah. Secara lengkap, ciri khas pola asuh otoriter ini
diantaranya:
1)
Kekuasaan orang tua
amat dominan;
2)
Anak tidak diakui
sebagai pribadi;
3)
Kontrol terhadap
tingkah laku anak sangat ketat;
4)
Orang tua akan sering
menghukum jika anak tidak patuh.
Selain itu, menurut
Hurlock (Baswedan, 2015:103) “ciri-ciri pola asuh otoriter adalah orang tua
memaksa kehendaknya pada anak, mengontrol tingkah laku anak secara ketat,
memberi hukuman fisik jika anak bertindak tidak sesuai dengan keinginan orang
tua, kehidupan anak banyak diatur oleh orang tua”.
c.
Pola
Asuh Demokratis
Menurut Wibowo (2012:77) pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Anak diakui sebagai pribadi, sehingga segenap kelebihan dan potensi mendapat dukungan serta dipupuk dengan baik;
- Karena sifat orang tua yang demokratis, mereka akan membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka;
- Ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku.
- Pada pola asuh demokratis ada kerjasama yang harmonis antara orang tua dan anak;
- Orang tua senantiasa mendorong anak untuk membicarakan apa yang menjadi cita-cita, harapan, dan kebuthan mereka;
Sejalan
dengan pendapat di atas, menurut
Hurlock (Baswedan 2015:103) ciri-ciri
pola asuh demokratis yakni adanya
pengakuan kemampuan anak oleh orang tuanya. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan
kontrol internalnya. Orang tua melibatkan partisipasi anak dalam mengatur
kehidupan anak, menetapkan peraturan-peraturan, dan dalam mengambil
keputusan-keputusan.
4.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN POLA ASUH ORANG TUA
a.
Pola
Asuh Permisif
Dalam memberikan yang terbaik untuk seorang anak, ada
beberapa kelebihan[6]
dan kekurangan[7]
dari pola asuh primitive diantaranya :
b.
Pola
Asuh Otoriter
Adapun
kelebihan[8]
dan kekurangan[9]
pola asuh otoriter orang tua terhadap anaknya diantaranya:
c.
Pola
Asuh Demokratis
Pada pola asuh terakhir ini, ada juga kelebihan[10]
dan kekurangannya[11]. Adapun
kelebihan dan kekurangannya diantaranya:
Setiap
orangtua tanpa terkecuali
tentunya ingin memberikan semua
yang
terbaik bagi anak-anak mereka. Orang tua
mengharap anaknya memiliki kepribadian yang baik, sikap mental yang sehat,
serta akhlak yang terpuji. Keinginan ini kemudian
akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan orangtua kepada anak-anak. Beda orang
tua tentu beda pula pola asuhnya. Semua yang diberikan orang tua, pastinya akan
membentuk karakteristik anak dikemudian hari.
Dari pembahasan tersebut pola asuh demokratif menjadi pilihan yang pas bagi sebagian orang
tua. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pola asuh otoriter dan primitif juga
mempunyai peranan untuk perkembangan anak. Bisa jadi dalam prosesnya, ketiga
pola asuh ini bisa diterapkan bersamaan tergantung bagaimana situasinya.
[1] Kurniawan, Syamsul. (2014). Pendidikan Karakter Konsep & Implementasi Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi & Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
[2] Baswedan, Aliyah Rasyid.
(2015). Wanita, Karier & Pendidikan Anak. Yogyakarta: Ilmu Giri.
[3] Wangi, Putri Pandan.
(2005). Mendidik Anak Prasekolah. Yogyakarta: Darma Pustaka.
[4] Asmani,
Jamal Ma’mur. (2012). Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah. Yogjakarta:
Diva Press.
[5] Wibowo,
Agus. (2012). Pendidikan Karakter Usia Dini (Straregi Membangun Karakter di
Usia Emas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[6] Maha, Ma. (2016) Pola Asuh Orang Tua dan Kemampuan Mengatasi Kesulitan Belajar. diakses pada 14 Mei 2022 (http://ma-maha.blogspot.co.id)
[7] Santrock, John. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketiga belas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
[8] Maha, Ma. (2016) Pola Asuh Orang Tua dan Kemampuan Mengatasi Kesulitan Belajar. diakses pada 14 Mei 2022 (http://ma-maha.blogspot.co.id)
[9] Santrock,
John. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketiga belas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
[10] Santrock, John. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketiga belas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
[11]Maha, Ma. (2016) Pola Asuh
Orang Tua dan Kemampuan Mengatasi
Kesulitan Belajar. diakses pada 14 Mei 2022 (http://ma-maha.blogspot.co.id)