Saturday, January 28, 2017

TEORI PERILAKU MENYIMPANG


A.           Teori Perilaku Menyimpang
Teori menurut Anwar dan Adang (2013:83) adalah “ sejumlah pernyataan yang terangkai secara sistematis, dan dapat digunakan untuk memberi penjelasan tentang suatu fenomena atau gejala”. Teori muncul karena adanya suatu kebutuhan manusia untuk memberi penjelasaan akan berbagai kenyataan yang ada. Teori terbentuk beberapa komponen, yaitu konsep, variabel, serta indikator. Sedangkan menurut Indianto Muin (2006:123) teori adalah suatu pengertian himpunan yang saling berkaitan, batasan, dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis tentang gejala-gejala dengan jalan menetapkan hubungan yang ada diantara variabel-variabel, dan dengan tujuan untuk menjelaskan serta meramalkan gejala-gejala tersebut”.
Berdasarkan pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa teori adalah beberapa variabel atau konsep dalam bentuk pernyataan-pernyataan untuk memberi penjelasan tentang suatu fenomena atau gejala. Jika dikaitkan dengan perilaku menyimpang (misalnya perilaku menyimpang disebabkan oleh pemberian julukan atau cap yang jelek pada seseorang secara berulang. 
B.            Macam-macam Teori Perilaku Menyimpang
Teori perilaku menyimpang menurut Narwoko dan Suyanto (2013:110) dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, menyebutkan ada lima teori, diantaranya:
1)             Teori Anomie
Teori anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang. Anomie adalah suatu keadaan atau nama dari situasi di mana kondisi sosial/situasi masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya lebih sedikit.
Situasi anomie tersebut dapat berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, di mana untuk mencapai tujuan statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara yang tidak sah, di antaranya melakukan penyimpangan atau kejahatan.
2)             Teori Belajar atau Teori Sosialisasi
Salah seorang ahli teori belajar adalah Edwin H. Sutherland yang menamakan teorinya dengan Asosiasi Diferensial, menurut teori ini penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultur atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang. Teori ini memiliki sembilan proposisi, yaitu:
1.             Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari, ini berarti bahwa penyimpangan bukan diwariskan atau diturunkan, bukan juga hasil dari intelegensi yang rendah atau karena kerusakan otak.
2.             Perilaku menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang lain secara intens.
3.             Bagian utama dari belajar tentang perilaku menyimpang terjadi di dalam kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab.
4.             Hal-hal yang dipelajari; teknis-teknis penyimpangan, motif, dorongan dan  sikap.
5.             Petunjuk-petunjuk khusus tentang Dorongan menyimpang dipelajari dari definisi tentang norma yang baik atau tidak baik.
6.             Seseorang menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih menguntungkan untuk melanggar norma daripada tidak.
7.             Terbentuknya asosiasi diferensial itu bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi, prioritas dan intensitas.
8.             Proses mempelajari penyimpangan melalui mekanisme yang berlaku di dalam setiap proses belajar.
9.             Meskipun perilaku menyimpang merupakan salah satu ekspresi dari kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang umum, tetapi penyimpangan perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan dan nilai-nilai yang umum tersebut.
3)             Teori Labeling (Teori Pemberian Cap atau Teori Reaksi Masyarakat)
Teori ini menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder (secodary deviance). Analisis tentang pemberian cap itu dipusatkan pada reaksi orang lain. Artinya ada orang-orang yang memberi definisi, julukan, atau pemberi label (definers/labelrs) pada individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang tersebut adalah negatif.
Teori labeling (Becker) mendefinisikan penyimpangan sebagai “suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar”. Melalui definisi itu dapat ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang, atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan. Dengan demikian dimensi penting dari penyimpangan adalah pada adanya reaksi masyarakat, bukan pada kualitas dari tindakan itu sendiri. Atau dengan kata lain penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi atau sanksi dari penonton sosialnya. Konsekuensi dari pemberian label pada diri seseorang maka ia cenderung mengembangkan konsep diri yang menyimpang dan kemungkinan berakibat pada suatu karier yang menyimpang.
4)             Teori Kontrol
Ide utama di belakang teori kontrol adalah bahwa penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum. Oleh sebab itu teori ini menilai perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mentaati hukum.
5)             Teori Konflik
Persepektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompoknya. Berkaitan dengan hal itu, persepektif konflik memahami masyarakat sebagai kelompok-kelompok dengan berbagai kepentingan yang bersaing dan akan cenderung saling berkonflik. Melalui  persaingan itu maka kelompok-kelompok dengan kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan mereka dimenangkan.
Teori-teori konflik kontemporer sering kali juga menganggap kejahatan sebagai suatu tindakan rasional. Orang-orang yang mencuri dan merampok telah didorong masuk ke dalam tindakan-tindakan tersebut melalui kondisi sosial yang disebabkan oleh distribusi kekayaan yang tidak seimbang, dimana kejahatan perusahaan dan berbagai kejatan kerah putih secara langsung melindungi serta memperbesar modal kapitas mereka. Kejahatan yang terorganisir adalah suatu cara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ilegal dalam masyarakat kapitalis.
6)             Teori Fungsi
Menurut teori fungsi, bahwa keseragaman dalam kesadaran moral semua warga masyarakat tidak mungkin ada, karena setiap individu berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, orang yang berwatak jahat akan selalu ada di lapisan masyarakat manapun. Bahkan menurut Durkheim kejahatan perlu bagi masyarakat, sebab dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum akan berkembang secara normal. Dengan demikian perilaku menyimpang memiliki fungsi yang positif.
7)             Teori Biologis
Menurut teori biologis sebagian perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor biologis, yaitu ketidakmampuan atau cacatfisik yang dialami seseorang. Selain itu menurut teori ini, tipe tubuh seseorang mendukung terhadap perilaku menyimpang. Ada beberapa ilmuwan yang melakukan berbagai study mengenai tipe tubuh orang tertentu yang cenderung melakukan tindakan menyimpang.
a)        Shelgon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar : endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), ectonorph (tipis, kurus). Misalnya muka pecandu alcohol dan penjahat umumnya mempunyai tipe tubuh mesomorph.
b)       Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kalinan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relative besar dan susunan gigi yang abnormal.
8)             Teori Pengendalian Sosial
Teori ini menyatakan bahwa penyimpangan terjadi karena lemahnya pengendalian sosial, baik berupa tekanan sosial maupun pemberian sanksi-sanksi, bahwa suatu keadaan misalnya mencuri dan meperkosa, tidak selalu diawali oleh adanya niat untuk mencuri atau meperkosa. Namun karena adanya kesempatan untuk itu akibat lemahnya pengendalian sosial.
9)             Teori Ketegangan
Teori ketegangan  (strain theory) dikemukakan oleh Robert K.Merton. Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang ditentukan oleh seberapa baik sebuah masyarakat mampu menciptakan keselarasan antara aspirasi warga masyarakat (misal, pekerjaan). Jika tidak keselarasan antara anspirasi-anspirasi warga masyarakat dengan ncara-cara legal yang ada, maka akan lahir perilaku menyimpang.
Jadi, perilaku menyimpang merupakan akibat dari adanya ketegangan antara anspirasi apa yang dianggap bernilai oleh warga masyarakat dan cara pencapaian aspirasi yang dianggap sah oleh masyarakat.

KESIMPULAN
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk menyatakan bahwa suatu perilaku dikatakan menyimpang, diperlukan yang namanya sebuah teori. Teori-teori perilaku menyimpang diantaranya, teori anomie, teori belajar atau teori sosialisasi, teori labeling (teori pemberian cap atau teori reaksi masyarakat), teori kontrol, teori konflik, teori fungsi, teori biologis, teori pengendalian sosial, dan teori ketegangan.