A.
Teori
Perilaku Menyimpang
Teori menurut
Anwar dan Adang (2013:83) adalah “ sejumlah pernyataan yang terangkai secara
sistematis, dan dapat digunakan untuk memberi penjelasan tentang suatu fenomena
atau gejala”. Teori muncul karena adanya suatu kebutuhan manusia untuk memberi
penjelasaan akan berbagai kenyataan yang ada. Teori terbentuk beberapa
komponen, yaitu konsep, variabel, serta indikator. Sedangkan menurut Indianto
Muin (2006:123) teori adalah suatu pengertian himpunan yang saling berkaitan,
batasan, dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis tentang
gejala-gejala dengan jalan menetapkan hubungan yang ada diantara
variabel-variabel, dan dengan tujuan untuk menjelaskan serta meramalkan gejala-gejala
tersebut”.
Berdasarkan
pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa teori adalah beberapa variabel
atau konsep dalam bentuk pernyataan-pernyataan untuk memberi penjelasan tentang
suatu fenomena atau gejala. Jika dikaitkan dengan perilaku menyimpang (misalnya
perilaku menyimpang disebabkan oleh pemberian julukan atau cap yang jelek pada
seseorang secara berulang.
B.
Macam-macam
Teori Perilaku Menyimpang
Teori
perilaku menyimpang menurut Narwoko dan Suyanto (2013:110) dalam bukunya yang
berjudul Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan, menyebutkan ada lima teori, diantaranya:
1)
Teori
Anomie
Teori
anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang
mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang. Anomie adalah suatu keadaan
atau nama dari situasi di mana kondisi sosial/situasi masyarakat lebih
menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi cara-cara yang sah untuk
mencapai tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya lebih sedikit.
Situasi
anomie tersebut dapat berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, di mana
untuk mencapai tujuan statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara
yang tidak sah, di antaranya melakukan penyimpangan atau kejahatan.
2)
Teori
Belajar atau Teori Sosialisasi
Salah
seorang ahli teori belajar adalah Edwin H. Sutherland yang menamakan teorinya
dengan Asosiasi Diferensial, menurut
teori ini penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas
suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang,
terutama dari subkultur atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang. Teori
ini memiliki sembilan proposisi, yaitu:
1.
Perilaku
menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari, ini berarti
bahwa penyimpangan bukan diwariskan atau diturunkan, bukan juga hasil dari intelegensi
yang rendah atau karena kerusakan otak.
2.
Perilaku
menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang lain
secara intens.
3.
Bagian
utama dari belajar tentang perilaku menyimpang terjadi di dalam
kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab.
4.
Hal-hal
yang dipelajari; teknis-teknis penyimpangan, motif, dorongan dan sikap.
5.
Petunjuk-petunjuk
khusus tentang Dorongan menyimpang dipelajari dari definisi tentang norma yang
baik atau tidak baik.
6.
Seseorang
menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih menguntungkan untuk melanggar
norma daripada tidak.
7.
Terbentuknya
asosiasi diferensial itu bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi,
prioritas dan intensitas.
8.
Proses
mempelajari penyimpangan melalui mekanisme yang berlaku di dalam setiap proses
belajar.
9.
Meskipun
perilaku menyimpang merupakan salah satu ekspresi dari kebutuhan dan
nilai-nilai masyarakat yang umum, tetapi penyimpangan perilaku tersebut tidak
dapat dijelaskan melalui kebutuhan dan nilai-nilai yang umum tersebut.
3)
Teori
Labeling (Teori Pemberian Cap atau Teori Reaksi Masyarakat)
Teori
ini menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu sudah sampai pada
tahap penyimpangan sekunder (secodary
deviance). Analisis tentang pemberian cap itu dipusatkan pada reaksi orang
lain. Artinya ada orang-orang yang memberi definisi, julukan, atau pemberi
label (definers/labelrs) pada
individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang tersebut adalah
negatif.
Teori
labeling (Becker) mendefinisikan
penyimpangan sebagai “suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi
oleh orang lain kepada seorang pelanggar”. Melalui definisi itu dapat
ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang,
atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan. Dengan demikian dimensi
penting dari penyimpangan adalah pada adanya reaksi masyarakat, bukan pada
kualitas dari tindakan itu sendiri. Atau dengan kata lain penyimpangan tidak
ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi atau sanksi dari penonton
sosialnya. Konsekuensi dari pemberian label pada diri seseorang maka ia
cenderung mengembangkan konsep diri yang menyimpang dan kemungkinan berakibat
pada suatu karier yang menyimpang.
4)
Teori
Kontrol
Ide
utama di belakang teori kontrol adalah bahwa penyimpangan merupakan hasil dari
kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar
pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada hukum atau
memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum. Oleh sebab itu teori ini
menilai perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang
untuk mentaati hukum.
5)
Teori
Konflik
Persepektif
konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan
ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompoknya.
Berkaitan dengan hal itu, persepektif konflik memahami masyarakat sebagai
kelompok-kelompok dengan berbagai kepentingan yang bersaing dan akan cenderung
saling berkonflik. Melalui persaingan itu maka kelompok-kelompok
dengan kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang
menjamin kepentingan mereka dimenangkan.
Teori-teori
konflik kontemporer sering kali juga menganggap kejahatan sebagai suatu
tindakan rasional. Orang-orang yang mencuri dan merampok telah didorong masuk
ke dalam tindakan-tindakan tersebut melalui kondisi sosial yang disebabkan oleh
distribusi kekayaan yang tidak seimbang, dimana kejahatan perusahaan dan
berbagai kejatan kerah putih secara langsung melindungi serta memperbesar modal
kapitas mereka. Kejahatan yang terorganisir adalah suatu cara rasional untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ilegal dalam masyarakat kapitalis.
6)
Teori Fungsi
Menurut
teori fungsi, bahwa keseragaman dalam kesadaran moral semua warga masyarakat
tidak mungkin ada, karena setiap individu berbeda dengan yang lain. Oleh karena
itu, orang yang berwatak jahat akan selalu ada di lapisan masyarakat manapun.
Bahkan menurut Durkheim kejahatan perlu bagi masyarakat, sebab dengan adanya
kejahatan maka moralitas dan hukum akan berkembang secara normal. Dengan
demikian perilaku menyimpang memiliki fungsi yang positif.
7)
Teori
Biologis
Menurut
teori biologis sebagian perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor biologis,
yaitu ketidakmampuan atau cacatfisik yang dialami seseorang. Selain itu menurut
teori ini, tipe tubuh seseorang mendukung terhadap perilaku menyimpang. Ada
beberapa ilmuwan yang melakukan berbagai study mengenai tipe tubuh orang
tertentu yang cenderung melakukan tindakan menyimpang.
a) Shelgon mengidentifikasikan tipe tubuh
menjadi tiga tipe dasar : endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot,
atletis), ectonorph (tipis, kurus). Misalnya muka pecandu alcohol dan penjahat
umumnya mempunyai tipe tubuh mesomorph.
b) Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang
jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kalinan
pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relative besar
dan susunan gigi yang abnormal.
8)
Teori
Pengendalian Sosial
Teori
ini menyatakan bahwa penyimpangan
terjadi karena lemahnya pengendalian sosial, baik berupa tekanan sosial maupun
pemberian sanksi-sanksi, bahwa suatu keadaan misalnya mencuri dan meperkosa,
tidak selalu diawali oleh adanya niat untuk mencuri atau meperkosa. Namun
karena adanya kesempatan untuk itu akibat lemahnya pengendalian sosial.
9)
Teori
Ketegangan
Teori
ketegangan (strain theory)
dikemukakan oleh Robert K.Merton. Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang
ditentukan oleh seberapa baik sebuah masyarakat mampu menciptakan keselarasan
antara aspirasi warga masyarakat (misal, pekerjaan). Jika tidak keselarasan
antara anspirasi-anspirasi warga masyarakat dengan ncara-cara legal yang ada,
maka akan lahir perilaku menyimpang.
Jadi,
perilaku menyimpang merupakan akibat dari adanya ketegangan antara
anspirasi apa yang dianggap bernilai oleh warga masyarakat dan cara pencapaian aspirasi
yang dianggap sah oleh masyarakat.
KESIMPULAN
Perilaku individu atau sekelompok individu yang
tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk menyatakan bahwa suatu
perilaku dikatakan menyimpang, diperlukan yang namanya sebuah teori. Teori-teori
perilaku menyimpang diantaranya, teori anomie, teori belajar atau teori sosialisasi,
teori labeling (teori pemberian cap atau teori reaksi masyarakat), teori
kontrol, teori konflik, teori fungsi, teori biologis, teori pengendalian
sosial, dan teori ketegangan.