Domain Afektif
1. Hakikat
Pembelajaran Afektif
Menurut Benjamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2009:
22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
pengetahuan, ingatan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; 2)
Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni
penerimaan, jawabanatau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3)
Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci
lagi ke dalam lima jenjang/tingkatan, yaitu:
a.
Receiving atau attending ( menerima
atua memperhatikan)
b.
Responding (menanggapi) mengandung arti
“adanya partisipasi aktif”
c.
Valuing
(menilai atau menghargai)
d.
Organization (mengatur
atau mengorganisasikan)
e.
Characterization by evalue or calue
complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai)
2.
Tingkatan
Ranah Afektif
a)
Tingkat receiving
Pada tingkat
receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu
fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan
sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena
yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta
didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan
ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang
positif.
b)
Tingkat responding
Responding
merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya.
Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi
ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan
respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons.
Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang
menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya
senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan
kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
c)
Tingkat valuing
Valuing
melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat
internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu
nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat
nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku
yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan
pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
d)
Tingkat organization
Pada tingkat
organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai
diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi
sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
e)
Tingkat characterization
Tingkat ranah
afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta didik
memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu
hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan
dengan pribadi, emosi, dan sosial.
3.
Karakteristik
Ranah Afektif
Ada 5 (lima) tipe karakteristik
afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.
Sikap
Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya (Sudrajat,
2008).
Contoh indikator sikap terhadap mata
pelajaran biologi misalnya.
a)
Membaca buku biologi
b)
Mempelajari biologi
c)
Melakukan interaksi dengan guru biologi
d)
Mengerjakan tugas biologi
e)
Melakukan diskusi tentang biologi
f)
Memiliki buku biologi
Contoh
pernyataan untuk kuesioner:
a)
Saya senang membaca buku biologi
b)
Tidak semua orang harus belajar biologi
c)
Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran
biologi
d)
Saya tidak senang pada tugas pelajaran biologi
e)
Saya berusaha mengerjakan soal-soal biologi
sebaik-baiknya
f)
Memiliki buku biologi penting untuk semua peserta
didik
2.
Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau
keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting
pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik
afektif yang memiliki intensitas tinggi (Sudrajat, 2008). Penilaian minat dapat
digunakan untuk:
a)
mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk
pengarahan dalam pembelajaran,
b)
mengetahui bakat dan minat peserta didik yang
sebenarnya,
c)
pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual
peserta didik,
d)
menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
e)
mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
f)
acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara
keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
g)
mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap
pelajaran yang diberikan pendidik,
h)
bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
i)
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Contoh indikator minat terhadap pelajaran sosiologi:
a)
Memiliki catatan pelajaran sosiologi
b)
Berusaha memahami sosiologi
c)
Memiliki buku sosiologi
d)
Mengikuti
pelajaran sosiologi
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
a)
Catatan pelajaran sosiologi saya lengkap
b)
Catatan pelajaran sosiologi saya terdapat
coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
c)
Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti
pelajaran sosiologi
d)
Saya berusaha memahami mata pelajaran sosiologi
e)
Saya senang mengerjakan soal sosiologi
f)
Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran sosiologi
3.
Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang
dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target,
arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan
dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri
ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir
yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan
penilaian diri.
Kelebihan dari penilaian
diri adalah sebagai berikut: Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan
peserta didik, peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai,
pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya, emberikan motivasi diri
dalam hal penilaian kegiatan peserta didik, peserta didik lebih aktif dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat digunakan untuk acuan menyusun
bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik, peserta didik dapat
mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat mengetahui
ketuntasan belajarnya, melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik, peserta
didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
Contoh indikator konsep
diri:
a)
Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
b)
Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran
c)
Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit
d)
Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik
Contoh pernyataan untuk
instrumen:
a)
Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
b)
Saya mudah memahami bahasa Inggris
c)
Saya mudah menghafal suatu konsep.
d)
Saya mampu membuat karangan yang baik
e)
Saya merasa sulit mengikuti pelajaran biologi
f)
Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
g)
Saya mampu membuat karya seni yang baik
h)
Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran
biologi.
4.
Nilai
Nilai
menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target
nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan
nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7),
yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh
individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan
bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek
ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan
pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang
bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan
personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:
a)
Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik
sulit untuk ditingkatkan.
b)
Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah
maksimal.
c)
Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut
bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi.
d)
Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah
tingkat kesejahteraan masyarakat.
e)
Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa
masalah.
f)
Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta
didik adalah atas usahanya.
5.
Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun
Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan
tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran
respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak (Sudrajat, 2008).
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang,
yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan
dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang (Sudrajat, 2008).
Contoh Instrumen Moral
a)
Memegang janji
b)
Memiliki kepedulian terhadap orang lain
c)
Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas
d)
Memiliki Kejujuran
Contoh pernyataan untuk instrumen moral
a)
Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
b)
Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya
berusaha menepatinya.
c)
Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus
menepatinya.
d)
Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan
orang lain.
e)
Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya
berusaha membantu.
f)
Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya
sendiri.
g)
Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia
tidak melihat saya.
h)
Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau
ia tidak melihat saya.
i)
Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman,
walau tidak seluruhnya benar.
j)
Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu
mempercayainya.
4.
Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif
Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita
harus menggunakan kata kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan
(sama seperti instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat
diamati/terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah afektif yaitu:
(1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola;
dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja
operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.
a)
A1 – Menerima
Contoh kata
kerja operasional:
(1)
Memilih
(2)
Mempertanyakan
(3)
Mengikuti
(4)
Memberi
(5)
Mematuhi
(6)
Meminati
(7)
Menganut
b)
A2 – menanggapi
Contoh kata kerja operasional:
(1)
Menjawab
(2)
Membantu
(3)
Mengajukan
(4)
Mengkompromikan
(5)
Menyenangi
(6)
Menyambut
(7)
Mendukung
(8)
Menyetujui
(9)
Menampilkan
(10)
Melaporkan
(11)
Memilih
(12)
Memilah
(13)
Mengatakan
(14)
Menolak
c)
A3 – menilai
Contoh kata kerja operasional:
(1)
Mengasumsikan
(2)
Meyakini
(3)
Melengkapi
(4)
Meyakinkan
(5)
Memperjelas
(6)
Memprakarsai
(7)
Mengimani
(8)
Mengundang
(9)
Menggabungkan
(10)
Memperjelas
(11)
Mengusulkan
(12)
Menyumbang
d)
A4 – mengelola
Contoh kata
kerja operasional:
(1)
Menganut
(2)
Mengubah
(3)
Menata
(4)
Mengklasifikasikan
(5)
Mengkombinasikan
(6)
Mempertahankan
(7)
Membangun
(8)
Memadukan
(9)
Mengelola
(10)
Menegosiasikan
(11)
Merembukkan
e)
A5– menghayati
Contoh kata kerja operasional:
(1)
Mengubah perilaku
(2)
Berakhlak mulia
(3)
Mempengaruhi
(4)
Mendengarkan
(5)
Mengkualifikasi
(6)
Melayani
(7)
Menunjukkan
(8)
Membuktikan
(9)
Memecahkan
5.
Skala Penilaian Ranah Afektif
Pelaksanaan
penilaian domain afektif memerlukan instrumen penilaian. Instrumen penilaian
afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
Depdiknas (2008:7) dalam membuat instrumen penilaian domain afektif harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Menentukan spesifikasi instrumen
b)
Menulis instrumen Menentukan skala
instrumen
c)
Menentukan pedoman penskoran
d)
Menelaah instrumen
e)
Merakit instrumen
f)
Melakukan ujicoba
g)
Menganalisis hasil ujicoba
h)
Memperbaiki instrumen
i)
Melaksanakan pengukuran
j)
Menafsirkan hasil pengukuran
A.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran
sejarah
No
|
PERNYATAAN
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1.
|
Saya senang belajar Sejarah
|
|||||||
2.
|
Pelajaran sejarah bermanfaat
|
|||||||
3.
|
Saya
berusaha hadir tiap ada jam pelajaran sejarah
|
|||||||
4.
|
Saya
berusaha memiliki buku pelajaran Sejarah
|
|||||||
5.
|
Pelajaran sejarah membosankan
|
Apabila digunakan skala
Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1. Demikian
pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk
skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 4 dan terendah 1.
Konversi nilai : skor total jawaban
benar siswa
skor
maksimum perangkat tes
Skor maksimum perangkat
tes = 7 (skor maks. Setiap indikator ) x 5 ( indikator) = 35
Konversi nilai : 28 x 100 = 80
35
Sikap dan Nilai
|
Nama Siswa
|
|||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|
1. Memperhatikan penjelasan guru.
|
||||||
2. Memperhatikan media pembelajaran.
|
||||||
3. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
|
||||||
4. Memperhatikan fenomena yang terjadi dalam praktikum.
|
||||||
5. Mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh.
|
||||||
6. Serius dalam mengikuti pembelajaran.
|
||||||
7. Kerjasama dalam praktikum.
|
||||||
8. Diskusi dalam kelompok berjalan secara efektif dan
kondusif.
|
||||||
9. Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran
|
||||||
10. Mampu
menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan
konteks lain.
|
||||||
11. Mengomentari
gagasan dari teman sekelompok agar gagasan tersebut menjadi lebih sempurna
|
||||||
12. Mengungkapkan
gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada
|
Keterangan : Baik (1), Tidak Baik (0)
Konversi nilai : skor total jawaban
benar siswa
skor
maksimum perangkat tes
Skor maksimum perangkat
tes = 1 (skor maks. Setiap indikator ) x 11 ( indikator) = 11
Konversi nilai : 8 x
100 = 72,72 = 73
11