![]() |
mudaBicara.com |
1. BIOGRAFI AUGUSTE COMTE
Pemilik nama lengkap Isidore
Auguste Marie Francois Xavier Comte lahir pada 19 Januari 1798 di Montpellier,
sebuah kota kecil di bagian barat daya negara Perancis. Comte berasal dari
keluarga penganut Katolik. Orang tuanya berasal dari kelas menengah yang
bekerja sebagai pegawai negeri. Ayahnya seorang petugas resmi pengumpul pajak lokal.
Auguste
Comte hidup pada saat perkembangan industri bertambah maju sejak abad ke-19 M,
dan begitu pula perkembangan berbagai disiplin ilmu[1].
Comte menikahi seorang wanita bernama
Caroline Massin. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada
tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui. Pada tahun
1844, Comte menikah dengan Clotide de Vlaux seorang ibu muda dan mengubah
kehidupan Comte. Namun pernikahan tersebut tidak berumur lama. Clotide de Vlaux
meninggal dunia karena sakit Tubercolosis[2].
Kehidupan pribadi Comte sebagai filsuf besar
dilingkupi kemiskinan. Ia dikenal sebagai sosok emosional dalam
persahabatan. Comte juga kerap terlibat konflik dalam persoalan cinta. [3]Comte menderita gejala
paranoid yang berat Comte bahkan dimasukan kerumah sakit jiwa dan
dipulangkan dari rumah sakit tanpa sembuh. Comte bahkan melalukan percobaan
bunuh diri dengan membuang diri ke Sungai Siene tetapi gagal merenggut nyawanya.
Comte mengenyam pendidikan dasar ditempat
kelahirannya. Kemudian Ia melanjutkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris
namun sekolah tersebut ditutup. Ecole Polytechnique saat itu terkenal dengan
kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses[4]. Comte
melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier. Comte memulai karir
profesionalnya dengan memberi les dalam bidang matematika. Pada tahun 1817
(usia 19 tahun) ia menjadi sekretaris (juru tulis) Claude Henri Saint-Simon seorang
filsuf yang tertarik dengan pemikiran revolusioner. Namun pada tahun
1824 Comte meninggalkan Saint-Simon karena merasa ketidakcocokan.
Pemikiran atau ide Comte sangat terpengaruh oleh
doktrin Saint-Simon. Ia banyak menerbitkan
tulisan-tulisannya, sehingga ia terkenal di seluruh Eropa. Tetapi ia tidak
pernah diberi kesempatan untuk mengajar di Universitas. Auguste Comte miskin
selama ia hidup, karena pekerjaanya sebagai guru private tidak cukup untuk
hidup. Selama karir
intelektualnya.
Comte wafat di
Paris pada 05 September 1857 dan dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise[5].
Comte adalah tokoh sosiologi klasik dan dikenal sebagai bapak positivism.
Ideologi positivisme Comte mengusung keyakinan bahwa masyarakat dapat dipahami
sesuai dengan hukum ilmu alam. Comte juga dianggap sebagai orang pertama yang
mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern yang mempelajari
aspek sosial dari kehidupan manusia, Karena Jasanya tersebut, Ia diakui sebagai
Bapak Sosiologi.
Sosiologi lahir
ketika gejala sosial revolusi industri. Revolusi ini berdampak pada eksploitasi
tenaga kerja dan urbanisasi. Masyarakat berpindah tempat secara besar-besaran
sampai memunculkan konflik baru. Auguste Comte melakukan penelitian sosial
ketika revolusi industri di abad ke-19. Dia mempelajari pola perilaku
masyarakat yang dilakukan secara ilmiah. Penelitian tersebut kemudian dikenal
sebagai cabang ilmu sosiologi[6].
2.
KARYA-KARYA
COMTE
Auguste Comte
hidup di era Revolusi Prancis. Masa itu rezim Napoleon sedang berkuasa yang
mana terjadi pergantian kekuasaan monarki dan republik. Pasa saat itu terjadi
pergolakan sosial politik terjadi cukup hebat. Hal tersebutlah yang melatar
belakangi pemikiran filsafat Comte. Sebagai seorang ilmuwan sosial, filsuf, dan
matematikawan Comte paling dikenal sebagai pencetus positivisme. Semasa hidupnya Comte menghasilkan
karya-karya diantaranya:
a. Bersama
Saint Simon, Comte menerbitkan Plan of
The Scientific Works Necessary for the Reorganization of Society, yang
memuat ide-ide dasar filsafat positivismenya.
b. Selama 12 tahun (1830-1842) Comte
menyelesaikan proyek intelektual yang sangat luas dan ambisius dalam bentuk
tulisan kemudian dibukukan menjadi 6 jilid dengan judul Course de Philosophie Positive (kursus tentang filsafat positif).[7]
Kumpulan buku ini, berisi pemikiran positivisme Comte yang mencoba membebaskan
klaim-klaim metafisik dari ilmu pengetahuan. Comte berusaha membedakan dan
memisahkan fakta dengan nilai. Sebuah fakta yang terlepas dari kesadaran
individu. Positivisme Comte hanya menerima pengetahuan faktual,
c. Buku Systeme de Politique Positive (1851-1854) mengemukakan gagasan agama humanitas (religion of humanity). Gagasan agama humanis Comte ini tidak dapat dilepaskan dari pengalamannya bersama istrinya, Clotilde de Vaux[8]. Pada pemikiran awalnya Comte menolak kepercayaan pada agama (Tuhan), namun tiba-tiba berubah total setelah Clotilde de Vaux meninggal. Kesedihan mendalam inilah kemudian yang memunculkan gagasan Comte tentang agama humanitas. Sebuah agama yang ajarannya didasarkan pada positivisme dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia yakin bahwa sebelum tahun 1860, agamanya itu akan diterima dan dikhotbahkan di gereja Notre Dame sebagai satu-satunya agama yang benar.
Ajaran pokok yang dikembangkan oleh Auguste Comte diantaranya sebagai berikut[9]:
3. TEORI PEMIKIRAN COMTE
Dari sisi
intelektual, pemikiran-pemikiran Comte dapat digolongkan menjadi tiga tahapan.
Pertama, saat Comte bersahabat dan bekerja sebagai juru tulis bersama
Saint-Simon. Disini muncul pemikiran Comte tentang sistem politik, yang mana abad
pertengahan saat itu, fungsi pendeta diganti ilmuwan dan fungsi tentara
dialihkan ke industri. Kedua, berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Ia
menjalani proses pemulihan mental yang disebabkan kehidupan pribadinya yang tidak
stabil. Tahap ini, Comte melahirkan karya besarnya tentang filsafat positivisme
yang ditulis pada 1830-1842. Kehidupan intelektual Comte ketiga ialah ketika
menulis A Sytem of Positive Polity
antara tahun 1851-1854.
Dalam perjalanan
Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang filosof, Comte lebih dikenal sebagai
praktisi ilmu sejarah dan pembela penerapan metode saintifik pada penjelasan
dan prediksi tentang institusi dan perilaku sosial. Dari tiga hal ini terlihat
jelas bahwa pemikiran Comte berpengaruh luas justru terletak pada separuh awal
kehidupannya.
a. PERSPEKTIF POSITIVISME
Positivisme diperkenalkan oleh Comte dalam karya
utamanya berjudul Cours de Philosophic Positive. Positivisme
berasal dari kata "positif". Kata "positif" sama artinya
dengan faktual, yaitu berdasarkan fakta-fakta[10]. Positivisme
adalah cara pandang dalam memahami dunia berdasarkan sains. Positivisme melihat
fenomena secara empiris dan secara ekstrim mengatakan bahwa puncak pengetahuan
manusia adalah ilmu-ilmu berdasarkan pada fakta-fakta keras (terukur dan
teramati), dan ilmu-ilmu positif (Positive
Sciences).
Pada masa itu,
ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat, begitupula dengan aliran-alirannya. Positivisme
muncul untuk merespon ketidakmampuan filsafat spekulatif (misalnya, ajaran
idealisme filsuf-filsuf jerman) dalam memecahkan masalah. Tidak mengherankan
jika kaum positivisme sangat mendewakan ilmu dan metode ilmiah. Bahkan metode
lmiah telah dikembangkan begitu rupa sehingga dapat mempebaruai filsafat dan
kehidupan masyarakat. Metode positivisme diantaranya pengamatan, perbandingan,
eksperimen dan metode historis.
Positivisme
tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris. Secara
filsafati dimaknai aliran yang menekankan aspek faktual ilmu pengetahuan,
khususnya pengetahuan ilmiah. Positivisme juga dapat diartikan aliran filsafat
yang menyatakan bahwa ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau
metafisika[11].
b. Hukum Tiga Tahap
Salah satu sumbangan pemikiran Comte bagi
sosiologi diutarakan dalam bukunya: Course de Philosophie Positive. Dalam
buku ini Comte mengemukakan pandangannya mengenai “hukum tiga tahap” atau hukum
kemajuan manusia. Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan
kemajuan evolusioner umat manusia dan masa primitif sampai peradaban Perancis
abad ke-19 yang sangat maju. Tahap-tahap ini menurut Doyle Paul
Johnson menurut cara berpikir yang dominan[12], diantaranya:
Tahap Teologis merupakan periode yang
paling lama dalam sejarah manusia. Manusia mempercayai
adanya kekuatan-kekuatan supranatural yang muncul dari kekuatan jimat atau
kekuatan yang berasal dari luar manusia. Tahap ini juga merupakan tahap
kekuasaan kaum pendeta dan ksatria. Manusia diilustrasikan berkelompok,
bersuku-suku dan masih sangat primitif. Kehidupan sosial masyarakat bersifat
militer dengan menaklukkan masyarakat lain. Tahap ini pula dibagi menjadi tiga
subtahapan yakni fetisisme, politeisme, dan monoteisme.
Fetisisme, bentuk pikiran yang dominan
dalam masyarakat primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki
kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri (memiliki roh). Manusia mempercayai
kekuatan jimat atau benda-benda yang dianggap memiliki jiwa. Tahap ini pula
sebagai tahap awal sistem teologis dan militer.
Tahap politeisme menganggap bahwa ada kekuatan
yang mengatur kehidupan atau fenomena alam (dewa-dewa atau makhluk ghaib).
Manusia mulai mempercayai kekuatan para dewa. Tahap ini bisa dikatakan sebagai
fase pengembangan sistem teologi dan militer. Mulai muncul sistem kasta,
kehidupan kota, dan kepemilikan tanah.
Pada tahap monoteisme, masyarakat mulai percaya kepada satu Tuhan yang berkuasa untuk mengendalikan semua fenomena alam. Hubungan sosial masyarakat mulai bersifat militer yang bertujuan menundukan dan menaklukkan masyarakat lain.
Ilustrasi 3 tahap teologis
Tahap metafisik merupakan tahap
transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh satu
kepercayaan akan hukum-hukum alam yang dapat ditemukan dengan akal budi.
Pemikiran manusia lebih spesifikas dengan konsep filosifis, matematis, abstrak,
dan universal. Karena didominasi oleh pemikiran para filsuf kepercayaan manusia
akan kekuatan dewa-dewi mulai luntur. Para filsuf menjelaskan
fenomena atau kejadian alam dengan sebab-sebab, ide-ide dan kekuatan-kekuatan
abstrak. Seluruh fenomena alam dijelaskan melalui hukum-hukum umum tentang
alam.
Kehidupan sosial
masyarakat tidak lagi bersifat militer tetapi juga belum bersifat industrial. Tujuan
utama masyarakat bukan lagi menaklukkan masyarakat lain untuk perbudakan
individual tetapi bergeser menjadi perbudakan yang dimiliki oleh produsen untuk
meningkatkan produksi. Sebab pada tahap ini, masyarakat beralih dari militer
(primitive) menuju masyarakat industri.
Tahap positif menurut Comte merupakan
tahapan terakhir dalam pemikiran evolusionisme manusia ditandai oleh
kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir namun
bersifat sementara dan tidak mutlak. Manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Melalui analisis sosial, manusia dapat merumuskan hukum-hukum yang seragam,
menyebabkan pemikiran yang maju dan berkembang dalam ilmu pengetahuan. Melalui
pengamatan dan eksperimen manusia semakin memahami kaitan antara gejala-gejala
yang dialaminya, yang mana kemudian dirumuskan sebagai hukum, misalnya hukum
alam atau hukum sosial.
Melalui hukum tiga tahap tersebut, Comte menguraikan beberapa ilmu pengetahuan yang didasarkan atas perkembangannya. Ia menunjukkan, gejala umum akan tampil lebih dahulu kemudia disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkrit. Oleh karena itu, Comte mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan. Lebih jauh ia menggolongkan ilmu pengetahuan sebaga berikut[13]:
- Ilmu Pasti (Matematika) adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan, karena sifatnya yang tetap, abstrak, dan pasti. Dengan metode-metode yang dipergunakan ilmu ini, kita akan memperoleh pengetahuan tentang suatu yang benar.
- Ilmu Perbintangan (astronomi) didasrkan pada rumus-rumus ilmu pasti. Ilmu perbintangan dapat menyusun hokum-hukum yang bersangkutan dengan gejalagejala langit. Ilmu ini menerangkan bagaimana bentuk ukuran serta gerak dari benda langit.
- Ilmu Alam (Fisika), ilmu yang lebih tinggi dari perbintangan, gejala dalam ilmu ini lebih kompleks dan rumit.
- Ilmu Kimia (Chemistry) lebih kompleks dari ilmu fisika dan mempunyai hubungan dengan ilmu biologi. Perbandingnnya tidak hanya melalui observasi melainkan juga perbandingan.
- Ilmu hayat (Fisiologi atau Biologi), lebih kompleks dari dua jenis ilmu sebelumnya.
- Fisika Sosial (Sosiologi) merupkan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan. fisika Sosial sebagai ilmu, berhadapan dengan gejala-gejala yang paling kompleks, konkrit dan khusus.
4. RELEVANSI TEORI DENGAN MASALAH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Ilmu pasti merupakan
ilmu yang paling fundamental dan menjadi pembantu bagi semua ilmu
lainnya. Comte beranggapan bahwa sosiologi masuk ke tahap
positif. Dalam buku Pengantar Sosiologi, Barowi (2005:3) menuliskan bahwa:
- Comte memperkenalkan metode positif yang dikasi berupa fakta serta mengarah pada kepastian dan kecermatan. Sarana yang menurut Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah: (1) pengamatan, (2) perbandingan, (3) eksperimen, atau (4) metode historis. Hal ini menurut Comte sosiologi harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam.
- Ia mengatakan bahwa sosiologi merupakan ‘ratu’ ilmu sosial dan menempatkan peringkat teratas dalam hierarki ilmu-ilmu diatas astronomis, fisika, ilmu kimia, dan biologi.
- Membagi membagi sosiologi kedalam dua bagian besar, yaitu statika sosial, yang mewakili stabilitas tatanan sosial dan kemantapan serta dinamika sosial yang mewakili kemajian dan perubahan sosial.
Hingga kini, klasifikasi
Comte masih relevan. Dalam literatur sosiologi, statika sosial banyak dikaji
dengan melihat tatan sosial yang ada, misalnya kajian terhadap struktur sosial
dalam suatu masyarakat, hubungan antara satu institusi yang satu dengan
institusi yang lain. Dinamika sosial mengkaji perubahan sosial, misalnya
perubahan sosial yang melanda negara baru setelah berakhirnya perang
dunia II, arah perubahannya, dampaknya dan sebagainya.
Dengan
demikian, positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari
fakta yang positif sesuatu. yang di luar fakta atau kenyataan dikesampingkan
dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Menurut Auguste Comte
(1798 - 1857 M), indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi
harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan
indra akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan.
ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur
denglan meteran, berat dengan kiloan, clan sebagainya. Kita tidak cukup
mengatakan api panas, matahari panas; kopi panas, ketika panas. Kita juga tidak
cukup mengatakan palms sekali, panas, tidak panas. Kita memerlukan ukuran yang
teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai.
Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk
manusia walaupun ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide
produktifnya yang mengacu pada dua hal berikut: pada teori
pengetahuan (epistemologi) dan pada teori (akal budi) manusia. Sebagai teori
tentang perkembangan sejarah manusia, istilah positivisme identik dengan tesis
comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi manusia, yang secara
linear bergarak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Perkembangan itu bermula
dari tahap mistis atau teologi.
[1] Udi Mufradi Mawardi. Auguste Comte dan Ide Positivismenya. JURNAL AL-FATH. VOL. 03 NO.01 (JANUARI-JUNI 2009
[2] Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Posivistik ke Post positivistik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Hlm 72
[3] Doyle Paul
Johnson, Robert MZ Lawang. 1994. Teori
sosiologi klasik dan modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[4] Ulfatun Hasanah. 2019. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 | Vol. 2, No 2, Maret 2019, pp. 70-80
[5]
Adi
Susanto dkk. 2020. Biografi Tokoh-Tokoh Sosiologi Klasik sampai Postmodern.
Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press
[6] Dwi Latifatul Fajri. 2022. Mengenal Sosiologi Menurut Auguste Comte Bapak Sosiologi Dunia. Online. https://katadata.co.id/safrezi/berita/6213606052dcf/mengenal-sosiologi-menurut-auguste-comte-bapak-sosiologi-dunia Diakses pada 11-06-2022
[7] Lubis, Yusuf Akhyar. 2014. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[8] Lubis, Yusuf Akhyar. 2014. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[9] Pa Hamdan. 2021. Mengenal Sosok Auguste Comte. Online. https://www.sahabatsosiologi.com/2021/06/mengenal-sosok-auguste-comte.html (1 juli 2022)
[10] Ulfatun Hasanah. 2019. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 | Vol. 2, No 2, Maret 2019, pp. 70-80
[11] Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman, (yogyakrta : Pustaka Blajar, 2015), Hlm. 257
[12]
Robert M.Z
Lawang. 1994. Buku Pokok Pengantar Sosiologi, Penerbit Karunia, Jakarta,
hlm.85.
[13] Yesmil anwar
& Adang, pengantar Sosiologi Hukum, ( Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2008), Hlm. 17-18
No comments:
Post a Comment