Sunday, September 23, 2018

POSITIVISME DAN HUKUM TIGA TAHAP AUGUSTE COMTE


mudaBicara.com


1.             BIOGRAFI  AUGUSTE COMTE

Pemilik nama lengkap Isidore Auguste Marie Francois Xavier Comte lahir pada 19 Januari 1798 di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya negara Perancis. Comte berasal dari keluarga penganut Katolik. Orang tuanya berasal dari kelas menengah yang bekerja sebagai pegawai negeri. Ayahnya seorang petugas resmi pengumpul pajak lokal. Auguste Comte hidup pada saat perkembangan industri bertambah maju sejak abad ke-19 M, dan begitu pula perkembangan berbagai disiplin ilmu[1].

Comte menikahi seorang  wanita  bernama Caroline Massin. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui. Pada tahun 1844, Comte menikah dengan Clotide de Vlaux seorang ibu muda dan mengubah kehidupan Comte. Namun pernikahan tersebut tidak berumur lama. Clotide de Vlaux meninggal dunia karena sakit Tubercolosis[2].

Kehidupan pribadi Comte sebagai filsuf besar dilingkupi kemiskinan. Ia dikenal sebagai sosok emosional dalam persahabatan. Comte juga kerap terlibat konflik dalam persoalan cinta. [3]Comte menderita gejala paranoid yang berat Comte bahkan dimasukan kerumah sakit jiwa  dan dipulangkan dari rumah sakit tanpa sembuh. Comte bahkan melalukan percobaan bunuh diri dengan membuang diri ke Sungai Siene tetapi gagal merenggut nyawanya.

Comte mengenyam pendidikan dasar ditempat kelahirannya. Kemudian Ia melanjutkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris namun sekolah tersebut ditutup. Ecole Polytechnique saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses[4]. Comte melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier. Comte memulai karir profesionalnya dengan memberi les dalam bidang matematika. Pada tahun 1817 (usia 19 tahun) ia menjadi sekretaris (juru tulis) Claude Henri Saint-Simon seorang filsuf yang tertarik dengan pemikiran revolusioner. Namun pada tahun 1824 Comte meninggalkan Saint-Simon karena merasa ketidakcocokan.

Pemikiran atau ide Comte sangat terpengaruh oleh doktrin Saint-Simon. Ia banyak menerbitkan tulisan-tulisannya, sehingga ia terkenal di seluruh Eropa. Tetapi ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengajar di Universitas. Auguste Comte miskin selama ia hidup, karena pekerjaanya sebagai guru private tidak cukup untuk hidup. Selama karir intelektualnya.

Comte wafat di Paris pada 05 September 1857 dan dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise[5]. Comte adalah tokoh sosiologi klasik dan dikenal sebagai bapak positivism. Ideologi positivisme Comte mengusung keyakinan bahwa masyarakat dapat dipahami sesuai dengan hukum ilmu alam. Comte juga dianggap sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial dari kehidupan manusia, Karena Jasanya tersebut, Ia diakui sebagai Bapak Sosiologi.

Sosiologi lahir ketika gejala sosial revolusi industri. Revolusi ini berdampak pada eksploitasi tenaga kerja dan urbanisasi. Masyarakat berpindah tempat secara besar-besaran sampai memunculkan konflik baru. Auguste Comte melakukan penelitian sosial ketika revolusi industri di abad ke-19. Dia mempelajari pola perilaku masyarakat yang dilakukan secara ilmiah. Penelitian tersebut kemudian dikenal sebagai cabang ilmu sosiologi[6].

 

2.             KARYA-KARYA COMTE

Auguste Comte hidup di era Revolusi Prancis. Masa itu rezim Napoleon sedang berkuasa yang mana terjadi pergantian kekuasaan monarki dan republik. Pasa saat itu terjadi pergolakan sosial politik terjadi cukup hebat. Hal tersebutlah yang melatar belakangi pemikiran filsafat Comte. Sebagai seorang ilmuwan sosial, filsuf, dan matematikawan Comte paling dikenal sebagai pencetus positivisme. Semasa hidupnya Comte menghasilkan karya-karya diantaranya:

a.       Bersama Saint Simon, Comte menerbitkan Plan of The Scientific Works Necessary for the Reorganization of Society, yang memuat ide-ide dasar filsafat positivismenya.

b.          Selama 12 tahun (1830-1842) Comte menyelesaikan proyek intelektual yang sangat luas dan ambisius dalam bentuk tulisan kemudian dibukukan menjadi 6 jilid dengan judul Course de Philosophie Positive (kursus tentang filsafat positif).[7] Kumpulan buku ini, berisi pemikiran positivisme Comte yang mencoba membebaskan klaim-klaim metafisik dari ilmu pengetahuan. Comte berusaha membedakan dan memisahkan fakta dengan nilai. Sebuah fakta yang terlepas dari kesadaran individu. Positivisme Comte hanya menerima pengetahuan faktual,

c.            Buku Systeme de Politique Positive (1851-1854) mengemukakan gagasan agama humanitas (religion of humanity). Gagasan agama humanis Comte ini tidak dapat dilepaskan dari pengalamannya bersama istrinya, Clotilde de Vaux[8]. Pada pemikiran awalnya Comte menolak kepercayaan pada agama (Tuhan), namun tiba-tiba berubah total setelah Clotilde de Vaux meninggal. Kesedihan mendalam inilah kemudian yang memunculkan gagasan Comte tentang agama humanitas. Sebuah agama yang ajarannya didasarkan pada positivisme dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia yakin bahwa sebelum tahun 1860, agamanya itu akan diterima dan dikhotbahkan di gereja Notre Dame sebagai satu-satunya agama yang benar.

Ajaran pokok yang dikembangkan oleh Auguste Comte diantaranya sebagai berikut[9]:


3.             TEORI PEMIKIRAN COMTE

Dari sisi intelektual, pemikiran-pemikiran Comte dapat digolongkan menjadi tiga tahapan. Pertama, saat Comte bersahabat dan bekerja sebagai juru tulis bersama Saint-Simon. Disini muncul pemikiran Comte tentang sistem politik, yang mana abad pertengahan saat itu, fungsi pendeta diganti ilmuwan dan fungsi tentara dialihkan ke industri. Kedua, berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Ia menjalani proses pemulihan mental yang disebabkan kehidupan pribadinya yang tidak stabil. Tahap ini, Comte melahirkan karya besarnya tentang filsafat positivisme yang ditulis pada 1830-1842. Kehidupan intelektual Comte ketiga ialah ketika menulis A Sytem of Positive Polity antara tahun 1851-1854.

Dalam perjalanan Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang filosof, Comte lebih dikenal sebagai praktisi ilmu sejarah dan pembela penerapan metode saintifik pada penjelasan dan prediksi tentang institusi dan perilaku sosial. Dari tiga hal ini terlihat jelas bahwa pemikiran Comte berpengaruh luas justru terletak pada separuh awal kehidupannya.

 

a.             PERSPEKTIF POSITIVISME

Positivisme diperkenalkan oleh Comte dalam karya utamanya berjudul  Cours de Philosophic Positive. Positivisme berasal dari kata "positif". Kata "positif" sama artinya dengan faktual, yaitu berdasarkan fakta-fakta[10]. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia berdasarkan sains. Positivisme melihat fenomena secara empiris dan secara ekstrim mengatakan bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu berdasarkan pada fakta-fakta keras (terukur dan teramati), dan ilmu-ilmu positif (Positive Sciences).

Pada masa itu, ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat, begitupula dengan aliran-alirannya. Positivisme muncul untuk merespon ketidakmampuan filsafat spekulatif (misalnya, ajaran idealisme filsuf-filsuf jerman) dalam memecahkan masalah. Tidak mengherankan jika kaum positivisme sangat mendewakan ilmu dan metode ilmiah. Bahkan metode lmiah telah dikembangkan begitu rupa sehingga dapat mempebaruai filsafat dan kehidupan masyarakat. Metode positivisme diantaranya pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis.

Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris. Secara filsafati dimaknai aliran yang menekankan aspek faktual ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah. Positivisme juga dapat diartikan aliran filsafat yang menyatakan bahwa ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau metafisika[11].

 

b.             Hukum Tiga Tahap

Salah satu sumbangan pemikiran Comte bagi sosiologi diutarakan dalam bukunya: Course de Philosophie Positive.  Dalam buku ini Comte mengemukakan pandangannya mengenai “hukum tiga tahap” atau hukum kemajuan manusia. Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dan masa primitif sampai peradaban Perancis abad ke-19 yang sangat maju. Tahap-tahap ini menurut Doyle Paul Johnson menurut cara berpikir yang dominan[12], diantaranya:


Tahap Teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia. Manusia mempercayai adanya kekuatan-kekuatan supranatural yang muncul dari kekuatan jimat atau kekuatan yang berasal dari luar manusia. Tahap ini juga merupakan tahap kekuasaan kaum pendeta dan ksatria. Manusia diilustrasikan berkelompok, bersuku-suku dan masih sangat primitif. Kehidupan sosial masyarakat bersifat militer dengan menaklukkan masyarakat lain. Tahap ini pula dibagi menjadi tiga subtahapan yakni fetisisme, politeisme, dan monoteisme.

Fetisisme, bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri (memiliki roh). Manusia mempercayai kekuatan jimat atau benda-benda yang dianggap memiliki jiwa. Tahap ini pula sebagai tahap awal sistem teologis dan militer.

Tahap politeisme menganggap bahwa ada kekuatan yang mengatur kehidupan atau fenomena alam (dewa-dewa atau makhluk ghaib). Manusia mulai mempercayai kekuatan para dewa. Tahap ini bisa dikatakan sebagai fase pengembangan sistem teologi dan militer. Mulai muncul sistem kasta, kehidupan kota, dan kepemilikan tanah.

Pada tahap monoteisme, masyarakat mulai percaya kepada satu Tuhan yang berkuasa untuk mengendalikan semua fenomena alam. Hubungan sosial masyarakat mulai bersifat militer yang bertujuan menundukan dan menaklukkan masyarakat lain.


Ilustrasi 3 tahap teologis


Tahap metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum­-hukum alam yang dapat ditemukan dengan akal budi. Pemikiran manusia lebih spesifikas dengan konsep filosifis, matematis, abstrak, dan universal. Karena didominasi oleh pemikiran para filsuf kepercayaan manusia akan kekuatan dewa-dewi mulai luntur. Para filsuf menjelaskan fenomena atau kejadian alam dengan sebab-sebab, ide-ide dan kekuatan-kekuatan abstrak. Seluruh fenomena alam dijelaskan melalui hukum-hukum umum tentang alam.

Kehidupan sosial masyarakat tidak lagi bersifat militer tetapi juga belum bersifat industrial. Tujuan utama masyarakat bukan lagi menaklukkan masyarakat lain untuk perbudakan individual tetapi bergeser menjadi perbudakan yang dimiliki oleh produsen untuk meningkatkan produksi. Sebab pada tahap ini, masyarakat beralih dari militer (primitive) menuju masyarakat industri.

Tahap positif menurut Comte merupakan tahapan terakhir dalam pemikiran evolusionisme manusia ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir namun bersifat sementara dan tidak mutlak. Manusia mulai berpikir secara ilmiah. Melalui analisis sosial, manusia dapat merumuskan hukum-hukum yang seragam, menyebabkan pemikiran yang maju dan berkembang dalam ilmu pengetahuan. Melalui pengamatan dan eksperimen manusia semakin memahami kaitan antara gejala-gejala yang dialaminya, yang mana kemudian dirumuskan sebagai hukum, misalnya hukum alam atau hukum sosial.

 

Melalui hukum tiga tahap tersebut, Comte menguraikan beberapa ilmu pengetahuan yang didasarkan atas perkembangannya. Ia menunjukkan, gejala umum akan tampil lebih dahulu kemudia disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkrit. Oleh karena itu, Comte mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan. Lebih jauh ia menggolongkan ilmu pengetahuan sebaga berikut[13]:

      1. Ilmu Pasti (Matematika) adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan, karena sifatnya yang tetap, abstrak, dan pasti. Dengan metode-metode yang dipergunakan ilmu ini, kita akan memperoleh pengetahuan tentang suatu yang benar.
      2.  Ilmu Perbintangan (astronomi) didasrkan pada rumus-rumus ilmu pasti. Ilmu perbintangan dapat menyusun hokum-hukum yang bersangkutan dengan gejalagejala langit. Ilmu ini menerangkan bagaimana bentuk ukuran serta gerak dari benda langit.   
      3. Ilmu Alam (Fisika), ilmu yang lebih tinggi dari perbintangan, gejala dalam ilmu ini lebih kompleks dan rumit.
      4. Ilmu Kimia (Chemistry) lebih kompleks dari ilmu fisika dan mempunyai hubungan dengan ilmu biologi. Perbandingnnya tidak hanya melalui observasi melainkan juga perbandingan.
      5. Ilmu hayat (Fisiologi atau Biologi), lebih kompleks dari dua jenis ilmu sebelumnya.
      6. Fisika Sosial (Sosiologi) merupkan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan. fisika Sosial sebagai ilmu, berhadapan dengan gejala-gejala yang paling kompleks, konkrit dan khusus.

4.     RELEVANSI TEORI DENGAN MASALAH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Ilmu pasti merupakan ilmu yang paling fundamental dan menjadi pembantu bagi semua ilmu lainnya. Comte beranggapan bahwa sosiologi masuk ke tahap positif. Dalam buku Pengantar Sosiologi, Barowi (2005:3) menuliskan bahwa:

    1. Comte memperkenalkan metode positif yang dikasi berupa fakta serta mengarah pada kepastian dan kecermatan. Sarana yang menurut Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah: (1) pengamatan, (2) perbandingan, (3) eksperimen, atau (4) metode historis. Hal ini menurut Comte sosiologi harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam.
    2. Ia mengatakan bahwa sosiologi merupakan ‘ratu’ ilmu sosial dan menempatkan peringkat teratas  dalam hierarki ilmu-ilmu diatas astronomis, fisika, ilmu kimia, dan biologi.
    3. Membagi membagi sosiologi kedalam dua bagian besar, yaitu statika sosial, yang mewakili stabilitas tatanan sosial dan kemantapan serta dinamika sosial yang mewakili kemajian dan perubahan sosial.

Hingga kini, klasifikasi Comte masih relevan. Dalam literatur sosiologi, statika sosial banyak dikaji dengan melihat tatan sosial yang ada, misalnya kajian terhadap struktur sosial dalam suatu masyarakat, hubungan antara satu institusi yang satu dengan institusi yang lain. Dinamika sosial mengkaji perubahan sosial, misalnya perubahan sosial yang melanda negara baru  setelah berakhirnya perang dunia II, arah perubahannya, dampaknya dan sebagainya.

Dengan demikian, positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu. yang di luar fakta atau kenyataan dikesam­pingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Menurut Auguste Comte (1798 - 1857 M), indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indra akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan. ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur denglan meteran, berat dengan kiloan, clan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas; kopi panas, ketika panas. Kita juga tidak cukup mengatakan palms sekali, panas, tidak panas. Kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai.

Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk manusia walaupun ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide produktifnya yang mengacu pada dua hal berikut: pada teori pengetahuan (epistemologi) dan pada teori (akal budi) manusia. Sebagai teori tentang perkembangan sejarah manusia, istilah positivisme identik dengan tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi manusia, yang secara linear bergarak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Perkembangan itu bermula dari tahap mistis atau teologi.

 



[1] Udi Mufradi Mawardi. Auguste Comte dan Ide Positivismenya. JURNAL  AL-FATH. VOL. 03 NO.01 (JANUARI-JUNI 2009

[2] Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Posivistik ke Post positivistik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Hlm 72

[3] Doyle Paul Johnson, Robert MZ Lawang. 1994.  Teori sosiologi klasik dan modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

[4] Ulfatun Hasanah. 2019. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 | Vol. 2, No 2, Maret 2019, pp. 70-80

[5] Adi Susanto dkk. 2020. Biografi Tokoh-Tokoh Sosiologi Klasik sampai Postmodern. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press

[6] Dwi Latifatul Fajri. 2022. Mengenal Sosiologi Menurut Auguste Comte Bapak Sosiologi Dunia. Online. https://katadata.co.id/safrezi/berita/6213606052dcf/mengenal-sosiologi-menurut-auguste-comte-bapak-sosiologi-dunia  Diakses pada 11-06-2022          

[7] Lubis, Yusuf Akhyar. 2014. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

[8] Lubis, Yusuf Akhyar. 2014. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

[9] Pa Hamdan. 2021. Mengenal Sosok Auguste Comte. Online. https://www.sahabatsosiologi.com/2021/06/mengenal-sosok-auguste-comte.html (1 juli 2022) 

[10] Ulfatun Hasanah. 2019. Kontribusi Pemikiran Auguste Comte (Positivisme) Terhadap Dasar Pengembangan Ilmu Dakwah. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 | Vol. 2, No 2, Maret 2019, pp. 70-80

[11] Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman, (yogyakrta : Pustaka Blajar, 2015), Hlm. 257 

[12] Robert M.Z Lawang. 1994. Buku Pokok Pengantar Sosiologi, Penerbit Karunia, Jakarta, hlm.85.

[13] Yesmil anwar & Adang, pengantar Sosiologi Hukum, ( Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), Hlm. 17-18