Interaksi
antara industri dan keluarga terjadi di dalam dua tingkatan. Pertama interaksi antara organisasi industri dan struktur keluarga sebagai sistem
keseluruhan. Hal ini perlu mempertimbangankan pengaruh dari organisasi industri modern terhadap pola-pola kehidupan keluarga. Kedua dalam kaitannya dengan tingkat peranan
individual yakni interaksi antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga. Hal tersebut memperhitungkan pengaruh peranan pekerjaan terhadap peranan keluarga.
A.
Pengaruh
Industri Terhadap Keluarga
1)
Peranan suami istri
Peranan
suami dalam keluarga golongan atas biasanya hanya sedikit mempunyai hubungan
dengan peranannya dalam keluarga, sehingga sedikit kemungkinan ia akan
menerapkan wibawa dan wewenang di tempat pekerjaannya ke dalam lingkungan
keluarga. Pekerjaannya cenderung menyita waktu dan tenaganya sehingga kurang
mencurahkan perhatian terhadap keluarga.
Dalam
keluarga golongan menengah, keadaan keuangan dan status keluarga banyak
tergantung pada pekerjaan sang suami. Jika suami bekerja di dalam pekerjaan
yang secara teknis cukup kompleks dan tidak bisa dimengerti oleh keluarganya
mungkin sang istri tidak akan bisa membantu atau ikut terlibat secara langsung
di dalam pekerjaan suaminya. Bagi kelompok masyarakat seperti ini, tingkat
pendapatan mereka relatif rendah dan sulit mendapatkan status yang tinggi dalam
masyarakat luas. Di dalam suatu masyarakat, dimana secara tradisional yang
bekerja itu hanyalah suami, akan terlibat adanya pemisahan antara pekerjaan
dengan keluarga. Tetapi di dalam kelompok masyarakat lain di mana istri juga
ikut mencri nafkah pendapatan tambahan yang didapatkan sering digunakan untuk
membeli peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang lebih baik bahkan
cenderung bersifat mewah. Di dalam keluarga seperti ini peranan istri mirip
dengan peranan suami dalam keluarga kelas menengah.
2)
Hubungan antar keluarga
Berkaitan
denga istilah kelas dalam masyarakat, keluarga dengan pola pergaulan terbuka
mungkin bersedia bergaul denga kelas buruh tetapi tidak semua keluarga kelas
bekerjamemiliki pola pergaulan terbuka. Kekuatan suatu keluarga dalam
hubungannya dengan tetangga tergantung secara langsung terhadap jabatan
suaminya di tempat pekerjaannya, yang akan memberikan suatu status kepada
keluarganya secara keseluruhan. Jika seseorang bertetangga dengan salah seorang
koleganya, hubungan yang erat terjadi diantara keluarga mereka akan semakin
erat, tetapi jika koleganya itu tidak bertetangga denganya, pola pergaulan
hanya akan terjadi di antara kedua suami saja.
3)
Sosialisasi
Pengalaman
dan posisi seorang ayah di dalam pekerjaan akan di transmisikan kepada anaknya
baik secara langsung melalui pekerjaannya, ataupun secara tidak langsung
melalui posisi sosialnya dalam masyarakat. Dalam beberapa jenis keluarga, sang
ayah akan bersifat komunikatif mengenai pekerjaannya terhadap keluarganya,
sedangkan dalam beberapa keluarga lainnya mungkin sang ayah akan bersifat non
komunikatif atau tertutup mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaannya
terhadap keluarganya. Ini adalah sebagian permasalahan yang menyangkut tipe-tipe
pribadi seseorang, yang juga berkaitan dengan ’visibilitas’ peranan ayah dalam
pekerjaannya dan menunjukan tipe-tipe pribadi seseorang, yang juga berkaitan
dengan’visibilitas’ peranan ayah dalam pekerjaannya dan menunjukan bahwa
pekerjaan adalah bagian integral dalam kehidupannya.
Di
dalam rumah tangga petani, sangat mudah bagi anak-anak untuk melakukan
pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan bertani tanpa mereka menyadari bahwa
itu adalah suatu pekerjaan. Dan kemungkinan besar mereka akan mengikuti jejak
ayahnya untuk menjadi seorang petani. Faktor lain yang menyebabkan hal ini
adalah terbatasnya alternatif pekerjaan lain dengan kesempatan yang dimiliki
penduduk perkotaan. Sebaliknya bagi penduduk perkotaan, dimana sang ayah
memiliki pekerjaan yang secara teknis bersifat kompleks dan karenanya sulit
untuk dipahami oleh keluarganya, kemungkinan bagi anak-anaknya mengikuti jejak
pekerjaan ayahnya sangat kecil.
Proses
sosialisasi dalam keluarga golongan menengah ditunjukan untuk mendidik agar
anak mampu bersifat mandiri, dan hal itu akan lebih banyak tergantung kepada
kemampuan si anak untuk bersaing dengan rekannya dalam mencapai prestasi di
sekolah dan selanjutnya dalam pekerjaan. Tetapi anak yang berasal dari kelas
pekerja jarang mampu meningkatkan posisi sosial, mereka sering dipaksa untuk
selalu bersikap patuh dan tidak banyak membuat kesulitan bagi masyarakat
sekelilingnya.
B.
Pengaruh
Keluarga Terhadap Industri
1)
Berbagai tipe hubungan antar keluarga
dan pekerjaan
Banyak
bukti yang memajukan bahwa dalam hubungan antara industri dan keluarga, pihak
industri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keluarga disbanding
sebaliknya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan pengaruh
keluarga terhadap industri. Sebagai contoh yang menunjukkan betapa pentingnya
peranan keluarga terhadap industri maupun dalam suatu perubahan sosial yang
tersembunyi. Seperti yang dilakukan oleh Jepang dan Cina untuk melakukan
industri alisasi pada akhir abad 19 dan awal abad 20, dimulai dengan kondisi
sosial dan ekonomi yang relatif sama dan homogen, Jepang telah melangkah jauh
lebih maju dibandingkan dengan Cina. Perbedaan pola dan sistem kekeluargaan di
antara kedua negara tersebut telah menimbulkan perbedaan dalam kecepatan proses
industrialisasi. System pewarisan di Jepang memudahkan pelaksanaan akumulasi
kekayaan, dan nepotisme hanya sedikit memberikan hambatan dibandingkan dengan
yang terjadi di Cina.
2)
Tipe hubungan antara lingkungan kerja
dan lingkungan keluarga
Kita
telah melihat bahwa dengan menggunakan analisa tingkat sistem kelembagaan,
hubungan antara keluarga industri mungkin akan bervariasi di antara pengaruh
kehidupan keluarga sampai pada usaha pihak industri untuk menyesuaikan
nilai-nilai kekeluargaan dengan nilai industri. Pada tingkat peranan
peroranngan, kita perlu melihat lebih teliti lagi berbagai factor yang
mempengaruhi interkasi antara keluarga dengan pekerjaan mengembangkan suatu
kerangka teoritis yang bisa menyesuaikan diri dengan hasil-hasil penelitian di
lapangan.
Minimal
relationship atau neutral relationship dianatara keluarga dan pekerjaan terjadi
jika didalam keluarga peranan ayah dalam pekerjaannya tidak berhubungan dengan
usaha keluarganya untuk membentuk gaya tertentu. Pekerjaan dengan waktu jam kerja
yang teratur ; tanpa adanya suatu efek tertentu baik secara fisik maupun
psikologis terhadap si pekerja, dan tidak menyita waktu luangnya adalah suatu
kasus yang termasuk kedalam neutral relationship.
C.
Ibu
Rumah Tangga yang Bekerja
Tenaga
kerja wanita merupakan wanita sepertiga dari seluruh tenaga kerja dan dua
pertiga diantaranya merupakan tenaga kerja wanita yang bersuami. Hasil sensus
yang dilakukan menunjukan bahwa porsi tenaga kerja wanita yang sudah menikah
terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir ini. Pada tahun 1921, hanya ada
9% dari seluruh tenaga kerja wanita yang sudah menikah; tahun 1951 meningkat
menjadi 21%; tahun 1961 menjadi 32% dan pada tahun 1972 melonjak lagi menjadi
47%. Kurang lebih separuh dari mereka bekerja secara part timer. Para wanita karier yang sudah menikah tersebut umumnya
berusia antara 35 sampai dengan 44 tahun. Anak-anak mereka umumnya telah
bersekolah, sehingga para ibu rumah tangga ini dapat bekerja secara part timer dikala anaknya sedang
bersekolah.
Beberapa
faktor yang mendorong peningkatan jumlah pekerja wanita yang sudah menikah
berkaitan dengan kesempatan yakni:
1)
Kekurangan tenaga kerja
2)
Perubahan didalam struktur pekerjaan
3)
Berubahnya pandangan masyarakat terhadap
anita yang bekerja
4)
Hilangnya diskriminasi
5)
Perubahan dalam industri
Di
dalam lingkungan keluarga, para istri yang mampu mencari uang sendiri akan
kurang tergantung pada suaminya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.
Persamaan possisi istri dan suami dalam bidang pekerjaan akan menyamakan hak
istri dan suami dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Konsep komitmen
menyatakan bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang posisi
wanita yang bekerja di luar rumah. Seperti konsep “non komitmen” yaitu jika seorang wanita sudah merasa cukup puas
dengan perannya sebagai ibu rumahtangga baru bersedia bekerja diluar rumah,
jika mereka merasa bahwa tugas rumahtangga sehari-hari telah selesai.
“secondary commitment” jika seorang wanita ingan bekerja, tetapi menganggap bahwa pekerjaan tersebut
bersifat sekunder dibandingkan dengan posisi atau karir suaminya. Yang terakhir adalah “full commitment” yaitu jika
seorang wanita mengejar karir agar sejajar dengan suaminya dan dia yakin bahwa
konflik yang akan terjadi dapat dihindarkan dengan kerjasama dan saling
pengertian.
Problema
Karir Ganda Dalam Keluarga
Dalam keluarga
konvensional, suami bertugas mencari nafkah dan istri yang mengurus rumah
tangga. Tetapi kini, dengan tumbuhya kesempatan bagi wanita bersuami untuk
bekerja, pada pola kekeluargaan segera berubah dan muncul yang disebut sebagai
dualisme karir. Dualisme karir banyak terjadi di kalangan keluarga kelas
menengah, tetapi juga berkembang
diantara kelurga-keluarga kelas pekerja. Seperti contoh dampak dualisme karir
pada sejumlah manajer dan para istri mereka (ada juga istri manajer tersebut
yang tidak bekerja, dan untuk penelitian ini mereka diabaikan). Diantara istri
manajer yang diteliti sering terjadi konflik perang yang terlihat jelas pada
saat posisi dan fungsi mereka berubah kembali ke asal, yaitu dari seorang
pekerja menjadi seorang wanita yang harus mengurus rumah tangga, menjadi
seorang ibu , dan juga mengurus anak yang biasanya terjadi hari minggu atau
hari libur. Untuk memhami bagaimana perasaan seorang wanita sebagai ibu rumah
tangga dianjurkan bahwa perlu mengetahui pandangannya. Mungkin pandangan setiap
wanita terhadap kehidupan rumah tangga bermacam-macam tergantung kepada
lingkungan sosialnya.
D.
Kesimpulan
Pertama, pengaruh industri terhadap kehidupan keluarga
bersifat langsung dan tidak langsung. Dalam bentuknya yang langsung lingkungan
dan sifat kerja dari suatu jenis pekerjaan tertentu akan mempengaruhi
lingkungan dan sikap hidup dari suatu keluarga.bersifat tidak langsung karena
hubungan antara pekerjaan dalam keluarga dilakukan melalui keanggotaan dalam
kelas sosial.
Kedua, banyak bukti yang menunjukan bahwa dalam
hubungan antara industri dan keluarga, pihak industri memiliki pengaruh yang
lebih besar terhadap keluarga dibanding sebaliknya.
Ketiga, ibu rumah tangga ambil bagian dalam
pekerjaan karena masalah karir ganda dalam keluarga, adanya over-load
(beban berlebih-lebihan), Tidak adanya sanksi lingkuangan bagi istri yang
bekerja, identitas pribadi dan harga diri, dilema hubungan sosial dan konflik
peranan ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra.
1992. Sosiologi Industri. Jakarta: PT Rineka Cipta