Sunday, September 27, 2015

SOSIOLOGI INDUSTRI (INDUSTRI DAN KELUARGA)


Interaksi antara industri dan keluarga terjadi di dalam dua tingkatan. Pertama interaksi antara organisasi industri dan struktur keluarga sebagai sistem keseluruhan. Hal ini perlu mempertimbangankan pengaruh dari organisasi industri modern terhadap pola-pola kehidupan keluarga. Kedua dalam kaitannya dengan tingkat peranan individual yakni interaksi antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga. Hal tersebut memperhitungkan pengaruh peranan pekerjaan terhadap peranan keluarga.

A.           Pengaruh Industri Terhadap Keluarga

1)             Peranan suami istri
Peranan suami dalam keluarga golongan atas biasanya hanya sedikit mempunyai hubungan dengan peranannya dalam keluarga, sehingga sedikit kemungkinan ia akan menerapkan wibawa dan wewenang di tempat pekerjaannya ke dalam lingkungan keluarga. Pekerjaannya cenderung menyita waktu dan tenaganya sehingga kurang mencurahkan perhatian terhadap keluarga.
Dalam keluarga golongan menengah, keadaan keuangan dan status keluarga banyak tergantung pada pekerjaan sang suami. Jika suami bekerja di dalam pekerjaan yang secara teknis cukup kompleks dan tidak bisa dimengerti oleh keluarganya mungkin sang istri tidak akan bisa membantu atau ikut terlibat secara langsung di dalam pekerjaan suaminya. Bagi kelompok masyarakat seperti ini, tingkat pendapatan mereka relatif rendah dan sulit mendapatkan status yang tinggi dalam masyarakat luas. Di dalam suatu masyarakat, dimana secara tradisional yang bekerja itu hanyalah suami, akan terlibat adanya pemisahan antara pekerjaan dengan keluarga. Tetapi di dalam kelompok masyarakat lain di mana istri juga ikut mencri nafkah pendapatan tambahan yang didapatkan sering digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang lebih baik bahkan cenderung bersifat mewah. Di dalam keluarga seperti ini peranan istri mirip dengan peranan suami dalam keluarga kelas menengah.

2)             Hubungan antar keluarga
Berkaitan denga istilah kelas dalam masyarakat, keluarga dengan pola pergaulan terbuka mungkin bersedia bergaul denga kelas buruh tetapi tidak semua keluarga kelas bekerjamemiliki pola pergaulan terbuka. Kekuatan suatu keluarga dalam hubungannya dengan tetangga tergantung secara langsung terhadap jabatan suaminya di tempat pekerjaannya, yang akan memberikan suatu status kepada keluarganya secara keseluruhan. Jika seseorang bertetangga dengan salah seorang koleganya, hubungan yang erat terjadi diantara keluarga mereka akan semakin erat, tetapi jika koleganya itu tidak bertetangga denganya, pola pergaulan hanya akan terjadi di antara kedua suami saja.

3)             Sosialisasi
Pengalaman dan posisi seorang ayah di dalam pekerjaan akan di transmisikan kepada anaknya baik secara langsung melalui pekerjaannya, ataupun secara tidak langsung melalui posisi sosialnya dalam masyarakat. Dalam beberapa jenis keluarga, sang ayah akan bersifat komunikatif mengenai pekerjaannya terhadap keluarganya, sedangkan dalam beberapa keluarga lainnya mungkin sang ayah akan bersifat non komunikatif atau tertutup mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaannya terhadap keluarganya. Ini adalah sebagian permasalahan yang menyangkut tipe-tipe pribadi seseorang, yang juga berkaitan dengan ’visibilitas’ peranan ayah dalam pekerjaannya dan menunjukan tipe-tipe pribadi seseorang, yang juga berkaitan dengan’visibilitas’ peranan ayah dalam pekerjaannya dan menunjukan bahwa pekerjaan adalah bagian integral dalam kehidupannya.
Di dalam rumah tangga petani, sangat mudah bagi anak-anak untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan bertani tanpa mereka menyadari bahwa itu adalah suatu pekerjaan. Dan kemungkinan besar mereka akan mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi seorang petani. Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah terbatasnya alternatif pekerjaan lain dengan kesempatan yang dimiliki penduduk perkotaan. Sebaliknya bagi penduduk perkotaan, dimana sang ayah memiliki pekerjaan yang secara teknis bersifat kompleks dan karenanya sulit untuk dipahami oleh keluarganya, kemungkinan bagi anak-anaknya mengikuti jejak pekerjaan ayahnya sangat kecil.
Proses sosialisasi dalam keluarga golongan menengah ditunjukan untuk mendidik agar anak mampu bersifat mandiri, dan hal itu akan lebih banyak tergantung kepada kemampuan si anak untuk bersaing dengan rekannya dalam mencapai prestasi di sekolah dan selanjutnya dalam pekerjaan. Tetapi anak yang berasal dari kelas pekerja jarang mampu meningkatkan posisi sosial, mereka sering dipaksa untuk selalu bersikap patuh dan tidak banyak membuat kesulitan bagi masyarakat sekelilingnya.

B.            Pengaruh Keluarga Terhadap Industri

1)             Berbagai tipe hubungan antar keluarga dan pekerjaan
Banyak bukti yang memajukan bahwa dalam hubungan antara industri dan keluarga, pihak industri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keluarga disbanding sebaliknya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan pengaruh keluarga terhadap industri. Sebagai contoh yang menunjukkan betapa pentingnya peranan keluarga terhadap industri maupun dalam suatu perubahan sosial yang tersembunyi. Seperti yang dilakukan oleh Jepang dan Cina untuk melakukan industri alisasi pada akhir abad 19 dan awal abad 20, dimulai dengan kondisi sosial dan ekonomi yang relatif sama dan homogen, Jepang telah melangkah jauh lebih maju dibandingkan dengan Cina. Perbedaan pola dan sistem kekeluargaan di antara kedua negara tersebut telah menimbulkan perbedaan dalam kecepatan proses industrialisasi. System pewarisan di Jepang memudahkan pelaksanaan akumulasi kekayaan, dan nepotisme hanya sedikit memberikan hambatan dibandingkan dengan yang terjadi di Cina.

2)             Tipe hubungan antara lingkungan kerja dan lingkungan keluarga
Kita telah melihat bahwa dengan menggunakan analisa tingkat sistem kelembagaan, hubungan antara keluarga industri mungkin akan bervariasi di antara pengaruh kehidupan keluarga sampai pada usaha pihak industri untuk menyesuaikan nilai-nilai kekeluargaan dengan nilai industri. Pada tingkat peranan peroranngan, kita perlu melihat lebih teliti lagi berbagai factor yang mempengaruhi interkasi antara keluarga dengan pekerjaan mengembangkan suatu kerangka teoritis yang bisa menyesuaikan diri dengan hasil-hasil penelitian di lapangan.
Minimal relationship atau neutral relationship dianatara keluarga dan pekerjaan terjadi jika didalam keluarga peranan ayah dalam pekerjaannya tidak berhubungan dengan usaha keluarganya untuk membentuk gaya tertentu. Pekerjaan dengan waktu jam kerja yang teratur ; tanpa adanya suatu efek tertentu baik secara fisik maupun psikologis terhadap si pekerja, dan tidak menyita waktu luangnya adalah suatu kasus yang termasuk kedalam neutral relationship.

C.           Ibu Rumah Tangga yang Bekerja

Tenaga kerja wanita merupakan wanita sepertiga dari seluruh tenaga kerja dan dua pertiga diantaranya merupakan tenaga kerja wanita yang bersuami. Hasil sensus yang dilakukan menunjukan bahwa porsi tenaga kerja wanita yang sudah menikah terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir ini. Pada tahun 1921, hanya ada 9% dari seluruh tenaga kerja wanita yang sudah menikah; tahun 1951 meningkat menjadi 21%; tahun 1961 menjadi 32% dan pada tahun 1972 melonjak lagi menjadi 47%. Kurang lebih separuh dari mereka bekerja secara part timer. Para wanita karier yang sudah menikah tersebut umumnya berusia antara 35 sampai dengan 44 tahun. Anak-anak mereka umumnya telah bersekolah, sehingga para ibu rumah tangga ini dapat bekerja secara part timer dikala anaknya sedang bersekolah.
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan jumlah pekerja wanita yang sudah menikah berkaitan dengan kesempatan yakni:
1)             Kekurangan tenaga kerja
2)             Perubahan didalam struktur pekerjaan
3)             Berubahnya pandangan masyarakat terhadap anita yang bekerja
4)             Hilangnya diskriminasi
5)             Perubahan dalam industri
Di dalam lingkungan keluarga, para istri yang mampu mencari uang sendiri akan kurang tergantung pada suaminya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Persamaan possisi istri dan suami dalam bidang pekerjaan akan menyamakan hak istri dan suami dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Konsep komitmen menyatakan bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang posisi wanita yang bekerja di luar rumah. Seperti konsep “non komitmen” yaitu jika seorang wanita sudah merasa cukup puas dengan perannya sebagai ibu rumahtangga baru bersedia bekerja diluar rumah, jika mereka merasa bahwa tugas rumahtangga sehari-hari telah selesai. “secondary commitment” jika seorang wanita ingan bekerja,  tetapi menganggap bahwa pekerjaan tersebut bersifat sekunder dibandingkan dengan posisi atau karir suaminya. Yang  terakhir adalah “full commitment” yaitu jika seorang wanita mengejar karir agar sejajar dengan suaminya dan dia yakin bahwa konflik yang akan terjadi dapat dihindarkan dengan kerjasama dan saling pengertian.

Problema Karir Ganda Dalam Keluarga
Dalam keluarga konvensional, suami bertugas mencari nafkah dan istri yang mengurus rumah tangga. Tetapi kini, dengan tumbuhya kesempatan bagi wanita bersuami untuk bekerja, pada pola kekeluargaan segera berubah dan muncul yang disebut sebagai dualisme karir. Dualisme karir banyak terjadi di kalangan keluarga kelas menengah, tetapi  juga berkembang diantara kelurga-keluarga kelas pekerja. Seperti contoh dampak dualisme karir pada sejumlah manajer dan para istri mereka (ada juga istri manajer tersebut yang tidak bekerja, dan untuk penelitian ini mereka diabaikan). Diantara istri manajer yang diteliti sering terjadi konflik perang yang terlihat jelas pada saat posisi dan fungsi mereka berubah kembali ke asal, yaitu dari seorang pekerja menjadi seorang wanita yang harus mengurus rumah tangga, menjadi seorang ibu , dan juga mengurus anak yang biasanya terjadi hari minggu atau hari libur. Untuk memhami bagaimana perasaan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga dianjurkan bahwa perlu mengetahui pandangannya. Mungkin pandangan setiap wanita terhadap kehidupan rumah tangga bermacam-macam tergantung kepada lingkungan sosialnya.

D.           Kesimpulan

Pertama, pengaruh industri terhadap kehidupan keluarga bersifat langsung dan tidak langsung. Dalam bentuknya yang langsung lingkungan dan sifat kerja dari suatu jenis pekerjaan tertentu akan mempengaruhi lingkungan dan sikap hidup dari suatu keluarga.bersifat tidak langsung karena hubungan antara pekerjaan dalam keluarga dilakukan melalui keanggotaan dalam kelas sosial. 
Kedua, banyak bukti yang menunjukan bahwa dalam hubungan antara industri dan keluarga, pihak industri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keluarga dibanding sebaliknya.
Ketiga, ibu rumah tangga ambil bagian dalam pekerjaan karena masalah karir ganda dalam keluarga, adanya over-load (beban berlebih-lebihan), Tidak adanya sanksi lingkuangan bagi istri yang bekerja, identitas pribadi dan harga diri, dilema hubungan sosial dan konflik peranan ganda.



DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra. 1992. Sosiologi Industri. Jakarta: PT Rineka Cipta

Saturday, September 19, 2015

OBJEK KAJIAN, KEGUNAAN, METODE DAN CIRI SOSIOLOGI

A.           OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI

Sosiologi[1] berasal dari bahasa Latin socius yang berarti “kawan” dan kata Yunani Logos yang berarti “kata” atau “berbicara”. Dari dua kata tersebut sosiologi dapat diartikan “berbicara mengenai kawan”. Lambat laun pengertian sosiologi meluas menjadi ilmu yang mempelajari masyarakat dan inetraksi yang terjadi diantara anggotanya. Secara umum objek kajian sosioogi adalah masyarakat (society). Definisi objek kajian sosiologi menurut para ahli:


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang melaksanakan hubungan sosial antarindividu atau antarkelompok di lingkungan tempat tinggalnya.

B.         KEGUNAAN SOSIOLOGI

Sosiologi sebagai ilmu mengenai masyarakat memiliki kegunaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. sosiologi berusaha menjelaskan fenomena atau fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat melalui berbagai penelitian. Adapun kegunaan sosiologi adalah sebagai berikut:


C.           METODE DALAM SOSIOLOGI

Ada empat metode pokok dalam sosiologi sebagai berikut:



D.           CIRI-CIRI SOSIOLOGI

·  Empiris : sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan sebenarnya yang ada di masyarakat.

·   Teoretis : sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha menyusun teori berdasarkan hasil observasi dan disusun secara logis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat.

· Kumulatif: teori-teori dalam sosiologi disusun berdasarkan teori yang sudah ada dengan pengembangan dan perluasan sesuai perkembangan masyarakat.

· Nonetis: sosiologi tidak mempermasalahkan baik buruknya suatu fakta/fenomena dalam masyarakat, tetapi berusaha menjelaskan fakta tersebut secara logis dan analitis.

 

 

 



[1] Widyabakti H. Kawedhar dan  Diatmika Wijayanti. 2012. Detik-Detik Ujian Nasional Sosiologi. Klaten: PT Intan Pariwara.